Selasa, 28 Mei 2013

Mak Wati, Penjual Lontong Sayur Di Gedung DPR, Kuliahkan Anaknya Di Jerman

MAK Wati, 60, penjual makanan di dalam Gedung Nusantara I, Kompleks DPR, seorang anaknya berhasil sekolah di Universitas Konstanz, Jerman.

Wanita kelahiran Purworejo Jawa Tengah ini mulai berjualan di DPR sejak 1984.

Cerita kegigihannya itulah, membuat mak Wati saat ini ‘manggung’ dimana-mana. Kesuksesan beliau diliput media cetak, online dan televisi.
“Nak, HP emak sekarang dimatiin, karena emak kecapean ‘ngelayanin’ permintaan wartawan untuk liputan,” demikian mak Wati menuturkan kepada Iwan Ali Dharmawan dari Islampos (tampak dalam foto). Tampak jelas gurat lelah di wajahnya.

Sambil menyiapkan seporsi lontong sayur dengan lauk telor bulat mak wati
bilang, setelah di liput sebuah stasiun TV dgn MC seorang Mentalist terkenal beberapa hari yang lalu, “Nanti malam mak Wati akan tayang di mata acara sebuah stasiun TV,” dengan pembawa acara seorang pelawak terkenal yang namanya mirip ikan hias mahal.

Bila berjualan di lantai 4 Gedung Nusantara I maka, mak Wati bisa dijumpai disudut ruangan dekat pantry dan toilet. Dan harga seporsi lontong sayur mak Wati dengan lauk telor, cukup dibayarkan dengan harga Rp 7.000 per piringnya.

Subhanallah, mengenyangkan buat kami dan semoga membawa berkah buat mak Wati sekeluarga. Tetap semangat mak Wati melayani kami meski sekarang punya aktifitas tambahan jadi selebritas media. [iwan ali dharmawan]

Mak Wati, Penjual Lontong Sayur Di Gedung DPR, Kuliahkan Anaknya Di Jerman

MAK Wati, 60, penjual makanan di dalam Gedung Nusantara I, Kompleks DPR, seorang anaknya berhasil sekolah di Universitas Konstanz, Jerman.

Wanita kelahiran Purworejo Jawa Tengah ini mulai berjualan di DPR sejak 1984.

Cerita kegigihannya itulah, membuat mak Wati saat ini ‘manggung’ dimana-mana. Kesuksesan beliau diliput media cetak, online dan televisi.
“Nak, HP emak sekarang dimatiin, karena emak kecapean ‘ngelayanin’ permintaan wartawan untuk liputan,” demikian mak Wati menuturkan kepada Iwan Ali Dharmawan dari Islampos (tampak dalam foto). Tampak jelas gurat lelah di wajahnya.

Sambil menyiapkan seporsi lontong sayur dengan lauk telor bulat mak wati
bilang, setelah di liput sebuah stasiun TV dgn MC seorang Mentalist terkenal beberapa hari yang lalu, “Nanti malam mak Wati akan tayang di mata acara sebuah stasiun TV,” dengan pembawa acara seorang pelawak terkenal yang namanya mirip ikan hias mahal.

Bila berjualan di lantai 4 Gedung Nusantara I maka, mak Wati bisa dijumpai disudut ruangan dekat pantry dan toilet. Dan harga seporsi lontong sayur mak Wati dengan lauk telor, cukup dibayarkan dengan harga Rp 7.000 per piringnya.

Subhanallah, mengenyangkan buat kami dan semoga membawa berkah buat mak Wati sekeluarga. Tetap semangat mak Wati melayani kami meski sekarang punya aktifitas tambahan jadi selebritas media. [iwan ali dharmawan]

Mak Wati, Penjual Lontong Sayur Di Gedung DPR, Kuliahkan Anaknya Di Jerman

MAK Wati, 60, penjual makanan di dalam Gedung Nusantara I, Kompleks DPR, seorang anaknya berhasil sekolah di Universitas Konstanz, Jerman.

Wanita kelahiran Purworejo Jawa Tengah ini mulai berjualan di DPR sejak 1984.

Cerita kegigihannya itulah, membuat mak Wati saat ini ‘manggung’ dimana-mana. Kesuksesan beliau diliput media cetak, online dan televisi.
“Nak, HP emak sekarang dimatiin, karena emak kecapean ‘ngelayanin’ permintaan wartawan untuk liputan,” demikian mak Wati menuturkan kepada Iwan Ali Dharmawan dari Islampos (tampak dalam foto). Tampak jelas gurat lelah di wajahnya.

Sambil menyiapkan seporsi lontong sayur dengan lauk telor bulat mak wati
bilang, setelah di liput sebuah stasiun TV dgn MC seorang Mentalist terkenal beberapa hari yang lalu, “Nanti malam mak Wati akan tayang di mata acara sebuah stasiun TV,” dengan pembawa acara seorang pelawak terkenal yang namanya mirip ikan hias mahal.

Bila berjualan di lantai 4 Gedung Nusantara I maka, mak Wati bisa dijumpai disudut ruangan dekat pantry dan toilet. Dan harga seporsi lontong sayur mak Wati dengan lauk telor, cukup dibayarkan dengan harga Rp 7.000 per piringnya.

Subhanallah, mengenyangkan buat kami dan semoga membawa berkah buat mak Wati sekeluarga. Tetap semangat mak Wati melayani kami meski sekarang punya aktifitas tambahan jadi selebritas media. [iwan ali dharmawan]

SENYUM NYA HENDROPRIYONO, BADAI BAGI PKS

Semua nya adalah jebakan yang terencana dengan target ‘menghancurkan’ sebuah harokah yang masuk dalam harokah yang harus diwaspadai perkembangan nya ikhwanul muslimin ( IM ) bukan rahasia umum IM menjadi target untuk di awasi dan di mata matai karena perkembangan nya mampu menguasai sebuah negara dengan cepat, lewat jalur politik dan pendidikan nya begitu pula di indonesia ketika IM atau jamaah tarbiyah di indonesia berkembang menjadi sebuah partai bernama PK
sel sel intelejen pun secara bersamaan membuat langkah langkah dan rencana strategis

perkembangan PK lalu dilanjutkan PKS adalah sebuah fenomena di mata masyarakat

partai yang fenomenal, karena menjual tagline bersih dan peduli, masyarakat indonesia yang sudah rindu akan gerakan partai yang dekat dan peduli, mulai cinta dan suka untuk menjatuhi pilihan nya kepada PKS

diantara begitu fenomenal nya PKS, ada sosok yang sudah lama tidak suka pada harokah dalam diri PKS

sosok itu tidak lain adalah seorang hendropriyono

bercerita tentang sosok hendropriyono, pasti ingat pembantaian umat islam di talangsari lampung

hendropriyono lah yang memerintahkan hal itu bisa terjadi

sebagai prototipe sempurna seorang LB Moerdani yang memang anti islam

sosok hendropriyono lebih dekat dengan gerakan gerakan perusak citra dan khittah keislaman semisal kaum liberal dan kelompok panji gumilang al zaytun

melihat perkembangan harokah IM atau jamaah tarbiyah, hendropriyono pernah berkata

…’saya sejak tahun 70 an mengawasi dan mengetahui adanya OTB alias organisasi tanpa bentuk, di kampus kampus besar sebagai basis nya, kemudian saya berkejar kejaran dengan nya, hingga saya mencapai posisi tertinggi di BIN. namun sayang ketika saya sudah punya power untuk menggilas nya, OTB itu sudah berubah menjadi partai resmi’…

dan yang di maksud OTB yang menjadi partai resmi oleh hendropriyono, siapa lagi kalau bukan PKS

bayangkan dari sejak tahun 70 an, hendropriyono sudah mengendus dan mengetahui gerakan harokah cikal bakal pembentuk PKS

tahun berapa sosok hendropriyono menjadi kepala BIN? dari 2001 sampai 2004

KPK berdiri sejak tahun 2003

ahmad fathanah bebas dari penjara australia tahun
2004

ahmad fathanah mendekati LHI langsung pada tahun 2004

johan budi menjadi jubir KPK sejak tahun 2005

TEMPO mulai investigasi masalah suap sapi di kementan tahun 2011

thony saut situmorang anggota BIN mengajukan diri menjadi calon ketua KPK tahun 2007

darin mumtazah mengontrak rumah thony saut situmorang sejak tahun 2012

ANALISA PARA RONIN DIBELAKANG GRAND INDONESIA

sudah sejak lama hendropriyono menjadikan target harokah di balik PKS sejak tahun 1970 an

kalau dalam dunia intelejen, yang nama nya target, sampai kapan pun akan di kejar untuk di ‘gilas’ ( seperti statement hendropriyono mengenai geram nya dan ambisi nya pada OTB )

masa untuk mengumpulkan pondasi atas rencana rencana besar hendropriyono terhadap PKS di mulai pada waktu menjabat kepala BIN (hendropriyono mengumpulkan data, cara dan analisa)

tahun 2004 hendropriyono berhenti menjadi kepala BIN (waktu nya mulai fokus menjalankan aksi besar nya pada OTB/PKS)

merekrut ahmad fathanah tahun 2004 di penjara australia, dengan pertimbangan ahmad fathanah cocok sesuai kriteria pion penghancuran karena CV nya bisa mendekati orang PKS
ada tim bentukan hendropriyono ( johan budi (penyusupan BIN ke KPK) serta masuk nya faksi merah BIN lewar thony saut situmorang), perlu di ingat KPK di didirikan tahun 2003. hendropriyono masih aktif menjadi kepala BIN, dan memiliki kepetingan masuk ke KPK lewat penyusupan sosok johan budi.

thony saut situmorang mengajukan diri jadi calon pimpinan KPK gagal, tetapi ternyata thony saut situmorang duduk menjadi konsultan direkrur penyidikan KPK, karena alasan thony saut juga seorang dosen hendropriyono memakai jasa anak buah yaitu thony saut situmorang untuk membuat garis rencana target sebelum 2014 kepada PKS  hendropriyono bekejar kejar an dengan waktu, menimbang PKS yang bakal besar di 2014  kemungkinan tiga besar dan bisa kuasai pilpres rencana blueprint sejak tahun 2001-2004 dibuat  2004 mulai di jalankan operasi ‘gilas’ PKS

http://kawanlama95.wordpress.com/2013/05/28/senyum-nya-hendropriyono-badai-bagi-pks/

Bahaya hubungan seks saat menstruasi

 Bahaya hubungan seks saat menstruasi

1. Endometriosis.

Saat melakukan hubungan suami istri, sang perempuan akan mengalami orgasme dan pada saat itu rahim akan berkontraksi yang menyebabkan darah kotor dari menstruasi bisa masuk ke dalam perut melalui saluran telur. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya endometriosis pada tubuh perempuan.
2. Infeksi.

Hubungan suami istri biasanya akan menimbulkan luka dan endometriumnya mengalami peluruhan, darah menstruasi atau sperma yang tidak steril bisa masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan infeksi.

3. Bisa menyebabkan luka trauma di mulut rahim yang diakibatkan adanya infeksi.

“Darah adalah sumber makanan bagi kuman, banyak zat-zat makanan yang
terkandung di dalam darah. Karena itu jika darah masuk ke dalam perut bisa menjadi medium yang sangat baik untuk perkembangbiaka dan bakteri yang ada di tubuh.

Sebaiknya suami menunggu hingga istrinya bersih dan selesai menstruasi, setelah itu lakukan hubungan seksual seperti biasa. Hubungan seks 2-3 kali seminggu juga baik untuk meningkatkan angka kehamilan bagi sang istri dan merangsang tubuh untuk mnghasilkan sperma dengan jumlah dan kualitas yang lebih banyak dan lebih bagus.

Subhanallah… sungguh benar Allah berfirman dalam Alqur’an surat albaqarah 222 “darah haid itu adalah sesuatu yg kotor karena itu jauhilah istri waktu haid, jangan dekati(campuri) istrimu pada wkt haid sebelum mereka suci” dst.

Minggu, 26 Mei 2013

AKU MERUQYAH ANAKKU (KISAH NYATA)

Pada sekitar bulan Oktober 1996 saya baru mengontrak rumah di Perumnas III Bekasi Timur, dimana rumah tersebut sebelumnya lama kosong dan yang punya pun bukan orang non muslim.

Ada kejadian yang mungkin ingin saya sharing, yaitu setiap masuk waktu maghrib anak saya yang baru berumur 4 bulan selalu menangis. "Kenapa ya dek ?" saya bertanya kepada isteriku. "Iya kenapa ya? padahal sudah kenyang minum ASI, dan sedang tidur, tetapi kalau masuk maghrib kenapa tiba-tiba menangis?" Akhirnya saya mencari tahu dengan membaca buku “SIHIR DAN GANGGUUAN JIN DAN PENGOBATANNYA SECARA ISLAMI” karya Syaikh WAHID ABDUSSALAM BALI diterbitkan oleh Robbani Press, akhirnya saya mulai mengetahui bahwa anak saya diganggu jin.



Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَ 603;ُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ

“Bila hari telah senja laranglah anak-anak keluar rumah, karena ketika itu setan berkeliaran. Dan bila sudah masuk sebagian waktu malam maka biarkanlah mereka. Tutuplah pintu & sebut nama Allah, karena setan tak dapat membuka pintu yang tertutup (dengan menyebut nama Allah). Tutup semua kendi kalian dgn menyebut nama Allah & tutuplah bejana kalian dgn menyebut nama Allah, sekalipun dgn membentangkan sesuatu di atasnya, & padamkan lentera kalian (ketika hendak tidur).” (HR. Al-Bukhari no. 5623 & Muslim no. 3756).

Akhirnya saya melarang isteri saya keluar rumah dengan anakku bila menjelang maghrib, dan bila masuk rumah baca doa dan waktu menutup baca nama Allah (basmalah).

Setelah itu anak saya masih juga menangis bila masuk maghrib, berarti memang di rumah sudah ada jin yang mengganggu. Akhirnya bila waktu maghrib masuk, isteri saya suruh membacakan Al Quran di dekat bayinya dan saya shlat di masjid. Dan bila saya pulang, isteri saya berhenti baca Al Quran anakku menangis lagi dengan keras, akhirnya saya membacakan Al Quran juga saat isteriku shalat maghrib, dan anakku tidurny tidak menangis, tapi tenang.

Setelah beberapa hari kemudian, setelah saya pulang shalat maghrib, sesampai di rumah isteri saya ketakutan karena bayinya menangis dengan suara orang dewas dan keras. Isteri saya mengajak untuk mencari orang pinter. Saya tidak mau, apa gunanya kita berdoa setiap shalat membaca "IYYAAKA NA'BUDU WA IYYAAKA NASTA'IIN" (HANYA KEPADAMU AKU MENYEMBAH DAN HANYA KEPADAMU AKU MINTA PERTOLONGAN).

Karena saya sudah membaca buku ruqyah di atas, saya mencoba menerapi sendiri. Isteri saya suruh berwudlu dan harus menutup aurat, gambar-gambar di rumah harus di tutup biar malaikat mau masuk ke rumah kita, karena pertolongan Allah memalui malaikat. Tetangga yang berdatangan hanya boleh masuk yang memakai kerudung atau menutup aurat.

Saya memulai dengan membaca ta'awudz (memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan), kemudian membaca surat AL FATIHAH, saya berusaha membaca dengan penuh penghayatan setiap makna ayat yang dibaca... anak saya tetap menangis dengan suara tangisan orang dewasa.

Saya melanjutkan membaca surat AL BAQARAH ayat 1-5... dan anak saya tetap menangis dengan suara tangisan orang dewasa.

Dilanjutkan membaca AYAT KURSI dan dua ayat sesudahnya... anak saya menangis dengan suara tangisan orang dewasa semakin keras..

Selanjutnya saya membacakan 3 ayat terakhir dari surat AL BAQARAH (ayat 284-286) anak saya tetap menangi dengan suara tangisan orang dewasa..

Kemudian saya membaca surat AL IKHALASH X3, setelah itu meniupkan ke kedua tangan saya dan saya usapkan ke anak saya dari kepala sampai ke ujung kaki... anak saya yang berumur 4 bulan menjerit ...dengan mata melotot dan suara yang keluar adalah suara orang dewasa...

Saya lanjutkan membaca surat AL AL FALAQ X3, setelah itu meniupkan ke kedua tangan saya dan saya usapkan ke anak saya dari kepala sampai ke ujung kaki... anak saya menjerit LEBIH KERAS...dengan mata melotot dan suara yang keluar adalah suara orang dewasa...

Subhanallah... saat itu saya takjub dengan bacaan Al Quran...dan saya semakin yakin dan membaca surat AL ANNAAS X3, setelah itu meniupkan ke kedua tangan saya dan saya usapkan ke anak saya dari kepala ...BEGITU MENYENTUH KEPALA anak saya memberontak dan menjerit dengan jeritan orang dewasa... saya lanjutkan diusapkan ke dada, perut, paha dan jeritannya semakin keras... dan sampai ke ujung kaki... tiba-tiba anak saya berhenti menjerit seperti radio dengan volume penuh dan tiba-tiba dimatikan powernya.... anak saya BERUBAH dengan DRASTIS.... dari melotot matanya dan berteriak kencang dengan
suara orang dewasa... tiba-tiba setelah usapan tangan saya di ujung kaki, anak saya sedang tertidur dengan pulas, ditepuk-tepuk pipinya juga tidak bangun.

Sahabat Hikmah...

Ternyata yang menjerit itu adalah jin yang mengganggu anak saya yang sedang tidur. Begitu mudahnya Allah mendatangkan malaikatnya pada saat dibacakan Al Quran.

Tubuh saya bergetar, mata saya menangis... subhanallah... saya saat itu baru saja merasakan dan semakin meyakini bahwa yang saya baca barusan memang bukan tulisann manusia, dan saya semakin yakin dengan Al Quran adalah wahyu Allah, dan Al Quran dapat mendatangkan malaikat untuk melawan jin dan syaithan.

Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)

Setelah kejadian itu saya memberanikan diri menolong tetangga yang mendapat gangguan jin. Saya meniru syaikh wahid Abdussalam Baali dalam meruqyah adalah dengan mendakwahi jin dan orang mendengarkannya, dengan dibacakan ayat-ayat Al Quran, dan saya menganjurkan orang yang terkena gangguan jin untuk membaca wirid-wirid yang diajarkan oleh Rasulullah, seperti wirid Al Ma'tsurat yang disusun oleh Syaikh Hasan Al Banna pada waktu pagi dan petang. Karena syaithan akan datang lagi bila kita tidak memagarinya dengan bacaan-bacaan Al Quran.

Saya menghimbau agar jangan meminta tolong kepada dukun atau orang pintar yang mereka meminta tolong kepada jin . Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh berkata, “Para ulama telah sepakat bahwa tidak boleh isti’adzah (meminta perlindungan) kepada selain Allah.” (Fathul Majid, hlm. 146, penerbit: Dar Ibni Hazm).

Allah Ta’ala memberitakan perbuatan orang-orang jahiliyah itu di dalam firman-Nya,

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa (ketakutan).” (QS. Al-Jin: 6).

Dalam Shahih Muslim disebutkan:

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافًا لمَ ْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً

“Barangsiapa mendatangi dukun maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.”

Ciri-ciri Dukun atau Penyihir

Berikut ini beberapa ciri dukun, sehingga dengan mengetahui ciri-ciri tersebut, hendaknya kita berhati-hati bila kita dapati ciri-ciri tersebut ada pada seseorang walaupun dia mengaku hanya sebagai tukang pijat bahkan kyai. Di antara ciri tersebut:

1. Bertanya kepada yang sakit tentang namanya, nama ibunya, atau semacamnya.

2. Meminta bekas-bekas si sakit baik pakaian, sorban, sapu tangan, kaos, celana, atau sejenisnya dari sesuatu yang biasa dipakai si sakit. Atau bisa juga meminta fotonya.

3. Terkadang meminta hewan dengan sifat tertentu untuk disembelih tanpa menyebut nama Allah l, atau dalam rangka diambil darahnya untuk kemudian dilumurkan pada tempat yang sakit pada pasiennya, atau untuk dibuang di tempat kosong.

4. Menulis jampi-jampi dan mantra-mantra yang memuat kesyirikan.

5. Membaca mantra atau jampi-jampi yang tidak jelas.

6. Memberikan kepada si sakit kain, kertas, atau sejenisnya, dan bergariskan kotak. Di dalamnya terdapat pula huruf-huruf dan nomor-nomor.

7. Memerintahkan si sakit untuk menjauh dari manusia beberapa saat tertentu di sebuah tempat yang gelap yang tidak dimasuki sinar matahari.

8. Meminta si sakit untuk tidak menyentuh air sebatas waktu tertentu, biasanya selama 40 hari.

9. Memberikan kepada si sakit sesuatu untuk ditanam dalam tanah.

10. Memberikan kepada si sakit sesuatu untuk dibakar dan mengasapi dirinya dengannya.

11. Terkadang mengabarkan kepada si sakit tentang namanya, asal daerahnya, dan problem yang menyebabkan dia datang, padahal belum diberitahu oleh si sakit.

12. Menuliskan untuk si sakit huruf-huruf yang terputus-putus baik di kertas atau mangkok putih, lalu menyuruh si sakit untuk meleburnya dengan air lantas meminumnya.

13. Terkadang menampakkan suatu penghinaan kepada agama misal menyobek tulisan-tulisan ayat Al-Qur’an atau menggunakannya pada sesuatu yang hina.

14. Mayoritas waktunya untuk menyendiri dan menjauh dari orang-orang, karena dia lebih sering bersepi bersama setannya yang membantunya dalam praktik perdukunan. (Kaifa Tatakhallas minas Sihr)

Ini sekadar beberapa ciri dan bukan terbatas pada ini saja. Dengannya, seseorang dapat mengetahui bahwa orang tersebut adalah dukun atau penyihir, apapun nama dan julukannya walaupun terkadang berbalut label-label keagamaan semacam kyai atau ustadz.

Pemberitaan Media Mainstream Sudah Masuk Kategori Ghibah dan Iftira’

 Oleh : SaminBarkah/kompasiana

Ahmad Fathanah telah tertangkap tangan oleh KPK atas tuduhan suap impor daging sapi. KPK kemudian mengembangkan kasus ini hingga menjerat mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq yang kemudian  tersangka ditangkap tangan di kantor DPP PKS.

Belum selesai proses peradilan di pengadilan Tipikor, lebih dari dua bulan media mainsteam, TVOne, MetroTV dan MNC Grup, majalah Tempo, detik.com ramai-ramai melakukan perusakan atas kehormatan LHI yang belum diputuskan bersalah oleh pengadilan Tipikor. Konteksnya akan berbeda, jika pengadilan Tipikor telah menetapkan status terdakwa.
KPK terus mengembangkan kasus suap impor daging sapi dan melupakan kasus-kasus besar, seperti kasus Century, Hambalang dan lainnya. Isi dan cara pemberitaan media mainstream melupakan etika jurnalis. Apa yang dilakukan media mainstream pada kasus LHI sudah sangat berlebihan. Dalam konteks ini, maka apa yang dilakukan oleh media mainstream sudah masuk dalam kategori ghibah dan iftira’, kebohongan.

Ulama salaf, terdahulu merupakan orang-orang yang sangat menjauhi ghibah dan takut terjerumus melakukan hal itu.

Di antaranya adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dia berkata, “Aku mendengar Abu ‘Ashim berkata, “Semenjak aku ketahui bahwa ghibah adalah haram, maka aku tidak berani menggunjing orang sama sekali.” (At-Tarikh Al-Kabir)

Al-Imam Bukhari mengatakan, “Aku berharap untuk bertemu dengan Allah dan Dia tidak menghisab saya sebagai seorang yang telah berbuat ghibah terhadap orang lain.”

Imam Adz-Dzahabi berkomentar, “Benarlah apa yang beliau katakan, siapa yang melihat ucapan beliau di dalam jarh dan ta’dil (menyatakan cacat dan jujurnya seorang perawi), maka akan tahu kehati-hatian beliau di dalam membicarakan orang lain, dan sikap inshaf, obyektif beliau di dalam tadh’aif, melemahkan seseorang.

Lebih lanjut beliau (Adz-Dzahabi) mengatakan, “Apabila aku (Imam Bukhari) berkata si Fulan dalam haditsnya ada catatan, dan dia diduga seorang yang lemah hafalannya, maka inilah yang dimaksudkan dengan ucapan beliau “Semoga Allah tidak menghisab saya sebagai orang yang melakukan ghibah terhadap orang lain.” Dan ini merupakan salah satu dari puncak sikap wara’. (Siyar A’lamun An -Nubala’)

“Aku tidak menggunjing seseorang sama sekali semenjak aku ketahui bahwa ghibah itu berbahaya bagi pelakunya.” (Siyar A’lam An-Nubala’)

Jika mereka terlanjur menggunjing orang lain, maka mereka langsung melakukan introspeksi diri.

Ibnu Wahab berkata, “Aku bernadzar apabila suatu ketika menggunjing seseorang, maka aku akan berpuasa satu hari. Aku pun berusaha keras untuk menahan diri, tetapi suatu ketika aku menggunjing, maka aku pun berpuasa. Kemudian aku berazam apabila menggunjing seseorang, maka aku akan bersedekah satu dirham dan karena sayang terhadap dirham, maka aku pun meninggalkan ghibah.”

Berkata imam Adz-Dzahabi, “Seperti itulah sikaf para ulama salaf dan itu merupakan buah dari ilmu yang bermanfaat.”

Bahkan seorang yang melakukan ghibah pada hakikatnya sedang memberikan kebaikannya kepada orang lain yang dia gunjing. Bahkan Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Andaikan aku tidak benci karena bermaksiat kepada Allah, maka tentu aku berharap tidak ada seorang pun di Mesir, ini kecuali aku menggunjingnya, yakni karena dengan itu seseorang akan mendapatkan kebaikan di dalam catatan amalnya, padahal dia tidak melakukan sesuatu.”

“Dan ketahuilah bahwa Allah
mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (Al-Baqarah: 235)

Ibnu Daqiq Al-Ied berkata, “Kehormatan manusia merupakan salah satu jurang neraka yang para ahli hadits dan ahli hukum diam apabila berhadapan dengannya. (Thabaqat Asy-Syafi’iyyah Al-Kubra).

Pemahaman ulama salaf tentang ghibah sedemikian dalam, hingga mereka selalu waspada akan kata dan sikapnya dalam menilai orang lain.

Kita pun bisa bersikap dan memahami masalah ini sebagaimana ulama salaf berpaham agar kita tidak termasuk orang-orang yang berbuat ghibah.

Ghibah atau membicarakan aib orang lain telah diharamkan Allah secara tegas di dalam kitab-Nya dan melalui sabda Rasul-Nya.

Allah berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalain memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (Al-Hujurat:12)

Adapun pengertian ghibah, Nabi Muhammad SAW telah menyebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a. “Engkau membicarakan saudaramu dengan sesuatu yang dia tidak suka (untuk diungkapkan).” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW telah mengharamkan kehormatan seorang mukmin dan mengaitkannya dengan hari Arafah, bulan haram, dan tanah haram. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Bakar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini (hari Arafah), di bulan ini (bulan haram), dan di negeri ini (tanah haram). Ingat! Bukankah aku telah menyampaikan?” (HR Muslim)

Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan dengan sangat tegas bahwa membicarakan aib dan kehormatan seorang mukmin itu lebih parah dibandingkan dengan seseorang yang menikahi ibunya sendiri.

Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib r.a. dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Riba itu mempunyai 72 pintu, yang paling rendah seperti seseorang yang menikahi ibunya. Dan riba yang paling besar yakni seseorang yang berlama-lama membicarakan kehormatan saudaranya.”

Di dalam sebuah potongan hadits, riwayat dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang berkata tentang seorang mukmin dengan sesuatu yang tidak terjadi (tidak dia perbuat), maka Allah akan mengurungnya di dalam lumpur keringat ahli neraka, sehingga dia menarik diri dari ucapannya (melakukan sesuatu yang dapat membebaskannya).”(HR. Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, disetujui Adz-Dzahabi)

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Ghanam r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik hamba Allah adalah orang yang jika dilihat (menjadi perhatian) disebutlah nama Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah adalah orang yang berjalan dengan mengadu-domba, memecah belah antara orang-orang yang saling cinta, dan senang untuk membuat susah orang-orang yang baik.” (HR. Ahmad)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, “Wahai orang yang telah menyatakan Islam dengan lisannya namun iman belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian semua menyakiti sesama muslim, janganlah kalian membuka aib mereka, dan janganlah kalian semua mencari-cari (mengintai) kelemahan mereka.

Karena siapa saja yang mencari-cari kekurangan saudaranya sesama muslim, maka Allah akan mengintai kekurangannya, dan siapa yang diintai oleh Allah kekurangannya, maka pasti Allah akan buka, meskipun dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Tirmidzi). Wallahu a’lam.

Awas! Iblis Kontemporer Didepan kita

 Pemutar balikan fakta yang pertama kali dalam sejarah adalah terjadi tatkala iblis menipu manusia di surga. Pohon larangan, dijadikan indah di pandangan manusia, Khuldi adalah buah yang membuat manusia abadi. QS 15:39

Kemudian para Nabipun Tuhan ciptakan jebakan setan dari jin dan manusia. QS 6:112
Lalu lahirlah penerus “iblis” yang melecehkan muslimah (X Factor) nenek tua, gadis muda berjilbab dipeluk cium lelaki yang bukan mahrommya.

Atas nama seni dan modernitas, sebuah program yahudi diadopsi, padahal Allah sudah peringatkan bagaimana sepak terjang bani Israil yang cerdas tapi culas. QS 2:120, QS 2:47

Di berbagai media sosial muncul komentar yang menghabiskan waktu tanpa manfaat. Tanpa sadar media telah melakukan begitu banyak catatan pemutar balikan
fakta…

Para presenter di sebuah TV mengucap Asalaamu alaikum meski bukan muslim. Bahkan muslimah tidak berjilbab di sinetron Islami yg tidak Islami.

Orang alim yg bermaksiat.

Larangan syariat lainnya yang dilanggar dengan alasan kemajuan teknologi, bahkan dengan halus dikatakan “Kita harus bijak menyikapi” padahal berdalih atas maksiat yang dilakukan.

Duhai Allah Tuhan kami, benarlah Rasulullah alaihi sholatu wasalam bersabda, memegang syariatMU ibarat menggenggam bara api.

Allahuma arinal haqqo haqqon, warzuqna tiba’a, wa arinal bathila bathilan warzuqna jtinaba.

Wahai Sang Maha Benar, tampakkan jelas kepada kami Kebenaran adalah kebenaran, dan jadikan kami mengikutinya, serta tunjukkan pasti pada kami, kesalahan adalah kesalahan, anugerahi kami untuk menjauhinya.[UGT]

Kaum Musyrik Quraisy Ketakutan Mendengar Doa Rasulullah SAW

Waktu itu dakwah Nabi Muhammad SAW ibarat masih seumur jagung, namun penentangan dan halangan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy sangat besar. Setiap kali Nabi mendatangi kerumunan orang-orang kafir dan menyeru kebenaran tuhan, Nabi selalu dihujat dan tidak jarang mendapat perlakuan fisik kasar.

Menghadapi semua itu, nabi hanya bisa bersabar dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebelum atau sesudah dakwah, nabi selalu menyempatkan diri mengunjungi Baitullah untuk beribadah dan memohon petunjuk kepada Allah.
Suatu hari ketika Nabi sedang beribadah di Baitullah, seorang petinggi Quraisy yang getol menentang dakwah nabi, Abu Jahal duduk bersama kawan-kawannya tidak jauh dari Baitullah.

Mereka berkumpul untuk menjalankan siasat menghentikan dakwah nabi. Pada saat itu, Abu Jahal teringat temannya yang baru menyembelih unta, sehingga dalam fikirannya terbesit untuk berbuat jahat dan keji kepada Rasulullah SAW.

“Siapa di antara kalian yang mau pergi mengambil kotoran unta yang baru kemarin disembelih. Maka ambillah, lalu letakkanlah kotoran itu di atas kedua pundak Muhammad ketika dia sedang sujud,” hasut Abu Jahal kepada temannya.

Salah satu kawan Abu Jahal terhasut, kemudian dia berlari mengambil kotoran unta. Setelah kembali ke pelataran Baitullah, dia melihat Rasulullah sedang sujud. Seketika itu, dia menyiramkan kotoran unta itu ke pundak nabi. Seketika perbuatan itu mendapat pujian
dari Abu Jahal dan sorakan dari teman-temannya.

Meski tersadar pundaknya dipenuhi kotoran unta, nabi tidak beranjak dari sujudnya dan tetap beribadah. Perbuatan orang-orang Quraisy itu diketahui oleh seorang penduduk Makkah, dia segera berlari memberitahu kejadian itu kepada putri nabi, Fathimah Az-zahra.

Fathimah kaget mendengar kabar itu, dia kemudian bergegas menuju Baitullah untuk melihat situasi sebenarnya. Sesampainya di sana, Fathimah segera mendekati Rasulullah dan membersihkan pundaknya yang dipenuhi kotoran unta. Setelah itu, dia mengolok-olok Abu Jahal dan teman-temannya.

Ketika Fathimah mengolok-olok, nabi yang selesai beribadah kemudian menghampiri Abu Jahal dan mendoakan kecelakaan kepada mereka.

“Ya Allah, tumpaslah orang-orang musyrik Quraisy,” nabi mengulangi doanya itu sampai tiga kali, tiba-tiba Abu Jahal bersama teman-temannya berhenti bersorak. “Ya Allah, tumpaslah Abu Jahal bin Hisyam, ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaiban bin Rabi’ah, Al-wahid bin  ’Uqbah, Umayyah bin Khalaf, dan ‘Uqbah bin Abu Mu’aith,” lanjut doa nabi.

Kemudian nabi bersama Fathimah meninggalkan mereka. Abu Jahal dan teman-temannya dirasuki ketakutan luar biasa. Mereka takut doanya nabi akan terkabul.

Benar saja, Allah mengabulkan doa Nabi Muhammad. Ketika perang Badar berkecamuk, kaum Muslimin berhasil menumpas nama-nama tersebut bersama tumbangnya orang-orang musyrikin lainnya.

(Mutiara Akhlak Rasulullah – Ahmad Rofi Usmani)

Keteguhan Seorang Pemuda Dalam Kisah Ashabul Ukhdud

PADA zaman bani Israil, hiduplah seorang pemuda shalih dan raja yang zalim. Pemuda tersebut begitu kuat mempertahankan aqidahnya walaupun berbagai macam siksaan telah menimpa dirinya, Hingga akhirnya sang raja berhasil membunuhnya. Namun, apa yang dikhawatirkan sang raja sungguh-sungguh terjadi. Seluruh penduduk bani Israil yang ada di bawah kekuasaannya beriman kepada Allah Swt.
Kisah ini diceritakan langsung oleh Nabi Saw kepada para sahabat, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim. Bahwasannya telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah, telah menceritakan kepada kami Tsabit, dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Shuhaib, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Dahulu sebelum kalian ada seorang raja. Ia memiliki tukang sihir, saat tukang sihir itu sudah semakin tua, ia berkata kepada rajanya: “Aku sudah tua, kirimlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir.” Lalu seorang pemuda datang kepadanya. Kemudian tukang sihir itu mengajarkan sihir kepada pemuda. Antara tukang sihir dan raja terdapat seorang rahib. Pemuda itu mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia kagum akan kata-kata rahib itu sehingga bila pemuda itu datang ke penyihir dan menceritakannya, ia pasti dipukul. Pemuda itu menceritakan hal yang menimpa dirinya kepada rahib, rahib pun berkata: “Bila tukang sihir hendak memukulmu, katakanlah: Keluargaku menahanku, dan bila kau takut pada keluargamu, katakanlah: tukang sihir menahanku.”

Pada suatu hari, pemuda itu bertemu dengan seekor hewan yang besar dan menghalangi jalanan manusia. Ia berkata: “Hari ini aku akan tah, apakah tukang sihir lebih baik ataukah rahib yang lebih baik.” ia pun mengambil batu lalu berkata: “Ya Allah, bila urusan rahib lebih Engkau sukai daripada tukang sihir maka bunuhlah hewan ini hingga manusia bisa lewat.” Pemuda itu melemparkan batunya dan berhasil membunuh hewan besar tersebut. Orang-orang pun dapat lewat. Ia memberitahukan kejadian itu pada rahib, rahib berkata: “Anakku, saat ini engkau lebih baik dariku dan urusanmu telah sampai seperti yang aku lihat, engkau akan mendapat ujian. Bila kau mendapat ujian, jangan memberitahukan perihal diriku.”

Kemudian pemuda itu bisa menyembuhkan kebutaan, sopak, lepra dan berbagai penyakit. Salah seorang hamba raja yang terkena penyakit buta mendengar cerita mengenai si pemuda. Lalu ia mendatangi pemuda dengan membawa hadiah yang banyak, ia berkata: “Sembuhkan aku dan k au akan mendapatkan apa yang aku kumpulkan disini.” Pemuda berkata: “Aku tidak menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanyalah Allah, bila kau beriman pada-Nya, aku akan berdo’a kepada-Nya agar menyembuhkanmu.” Hamba raja itu pun beriman kepada Allah lalu pemuda berdo’a kepada Allah dan ia pun sembuh.

Hamba raja itu kemudian mendatangi raja, lalu duduk di dekatnya. Raja berkata: “Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu ?” orang itu menjawab: “Rabbku.” Raja berkata: “Kau punya Rabb selainku ?” orang itu bekata: “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.” Raja menangkapnya lalu menyiksanya hingga orang tersebut menunjukkan pada pemuda itu. Lalu pemuda itu dibawa ke hadapan raja, raja berkata: “Hai pemuda, apakah sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan kau melakukan ini dan itu ?” Pemuda itu berkata: “Bukan aku yang menyembuhkan, yang menyembuhkan hanyalah Allah.” Raja menangkapnya dan terus menyiksanya hingga ia menunjukkan kepada sang rahib. Rahib pun didatangkan lalu dikatakan padanya: “Tinggalkan agamamu.” Orang tersebut tidak mau lalu raja meminta gergaji. Kemudian digergajilah kepala orang itu hingga sebelah bagian tubuhnya terkapar ke tanah.

Setelah itu pemuda didatangkan lalu dikatakan padanya: “Tinggalkan agamamu.” Pemuda tidak mau. Lalu raja berkata: “Bawalah dia ke gunung hingga puncaknya, bila ia mau meninggalkan agamanya (biarkanlah dia) dan bila tidak mau, lemparkanlah dari atas gunung.” Mereka membawanya ke puncak gunung lalu pemuda itu berdo’a: “Ya Allah, cukupilah aku dari
mereka sekehendakMu.” Tiba-tiba gunung berguncang dan mereka semua jatuh. Pemuda itu kembali hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya: “Apa yang terjadi pada para bawahanku ?” Pemuda itu menjawab: “Allah mencukupiku dari mereka.” Lalu raja menyerahkan kembali ke sekelompok tentaranya, raja berkata: “Bawalah dia ke sebuah perahu lalu kirim ke tengah laut. Bila ia mau meninggalkan agamanya (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak mau meninggalkannya, lemparkanlah dia.” Mereka membawanya ke tengah laut dan pemuda itu berdo’a: “Ya Allah, cukupilah aku dari mereka sekehendakMu.” Tiba-tiba perahu terbalik dan mereka semua tenggelam.

Pemuda itu kembali hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya: “Apa yang terjadi pada para bawahanku ?” Pemuda itu menjawab: “Allah mencukupiku dari mereka.” Setelah itu ia berkata kepada raja: “Kau tidak akan bisa membunuhku hingga kau mau melakukan apa yang aku perintahkan.” Raja bertanya: “Apa yang kau perintahkan ?” Pemuda itu berkata: “Kumpulkan semua orang di tanah luas lalu saliblah aku di atas pelepah, ambillah anak panah dari sarung panahku ini lalu ucapkanlah: “Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.” Bila kau melakukannya kau baru bisa membunuhku.”

Akhirnya raja itu melakukannya. Ia meletakkan anak panah di tengah-tengah busur panah lalu melesatkannya seraya berkata: “Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.” Anak panah dilesakkan tepat menembus pelipis pemuda itu lalu ia meletakkan tangannya di tempat panah menancap kemudia ia wafat. Orang-orang berkata: “Kami beriman kepada Rabb pemuda itu”.

Kemudian dikatakan kepada raja: “Tahukah kamu akan sesuatu yang kau khawatirkan ? Demi Allah kini telah menimpamu. Orang-orang beriman seluruhnya kepada Allah.” Raja kemudian memerintahkan para tentaranya untuk membuat parit di jalanan kemudian disulut api. Raja berkata: “Siapapun yang meninggalkan agamanya maka biarkan hidup, siapapun yang tidak meninggalkan agamanya, bakarlah di dalamnya.” Lalu para suruhan raja melakukan apa yang diperintahkan, terjadilah dorong mendorong dan tarik menarik hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya, sepertinya ia hendak mundur agar tidak terjatuh ke dalam kubangan api, akan tetapi sang bayi berkata: “Wahai ibuku, bershabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas Al-Haq (kebenaran).” (HR. Muslim No. 5327; kitab Zuhd wa Ar-Raqa’iq, bab Qashashul Ashabul Ukhdud)   

Kisah ini juga diabadikan oleh Allah dalam surat Al-Buruj. Ibnu Abbas r.a berkata “Kisah ini terjadi 70 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad Saw.”

Ada banyak ‘ibrah yang dapat kita petik dari kisah tersebut, di antaranya adalah keteguhan seorang pemuda dalam mempertahankan aqidahnya. Sang penguasa boleh membawa pemuda tersebut ke tempat paling mengerikan di dunia ini, namun mereka tidak akan mampu membawanya ke tempat yang di sana tidak ada Allah Swt. Penderitaan yang sangat berat hingga mengundang kematian tak mampu memisahkan keimanan dari hati sang pemuda.

Sunnatullah akan selalu terulang hingga hari kiamat. Siapa yang meniti jalan menuju syurga, maka ada konsekwensi khusus yang harus diterimanya. Seperti yang difirmankan Allah Swt: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqoroh: 214)

Demikian pula orang-orang yang memilih jalan kebatilan. Mereka akan diberi kekuasaan di muka bumi, bersuka ria dan tertawa-tawa karna keberhasilannya mengalahkan orang-orang beriman. Namun seperti para pendahulunya, Kekuasaan mereka hanya ada di dunia sedangkan kematian selalu mengintai di belakangnya. Jika manusia-manusia zalim itu tidak bertobat sampai ajal menjemput, maka mereka akan disiksa di neraka jahannam kekal selama-lamanya. [islampos]

Terapi Sang Nabi SAW dalam Mengobati Penyakit Melalui Sentuhan Psikologis

Dalam kitab Sunan Ibnu Majah menuturkan Hadis riwayat Abu Said al-Khudri. Ia menuturkan bahwa Nabi SAW bersabda:

“Jika kalian menjenguk orang sakit, maka hiburlah di dalam menghadapi suratan takdir. Hal yang demikan itu memang tidak mengembalikan keadaan, akan tetapi akan memperbaiki kondisi kejiwaan insan yang sakit.”



Hadis tersebut mengandung pembelajaran etika yang sangat luhur, serta metode pengobatan yang agung.

Rasulullah SAW mengajarkan cara penyembuhan penyakit melalui sentuhan psikologis, yaitu membimbing kondisi psikis si sakit kepada hamparan keceriaan, optimisme, dan keyakinan akan ketentuan takdir-Nya. Hal seperti itu dapat memperbaiki jiwa si sakit, misalnya dengan membangun

komunikasi dengan ucapan-ucapan santun, lelucon segar yang berbungkus nasehat konstruktif, yang dapat membuncakan semangat dan optimisme dalam diri si sakti, mendigdayakan mentalnya, membangkitkan staminanya, atau bahkan merangsang tubuh secara wajar dan alami, sehingga si sakit merasa lepas dan teringankan beban sakitnya.

Itulah target pencapaian yang selalu menjadi tujuan bagi paramedis saat menangani pasiennya. Menghibur jiwa orang yang sakit, memperbaiki mental, dan menyentuh jiwanya adalah terapi yang manjur untuk proses penyembuhan penyakit. Hal tersebut dapat dengan cara membicarakan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa senang,, bahagia, dan nyaman dalam diri si sakit. Terapi pengobatan dengan dengan sentuhan psikologis ini berpengaruh sangat dahsyat bagi usaha penyembuhan penyakit, setidaknya dapat meringankan sakit itu sendiri, dimana ruh dan energi tubuh semakain kuat oleh karena adanya hiburan tersebut. Dengan begitu, secara alami tabuh akan dapat mengusir unsur-unsur berbahaya pada dirinya sendiri.

Dalam kehidupan ini, jamak kita dapati orang yang jatuh sakit, kondisi sakitnya berangsur membaik usai dijenguk oleh orang-orang yang dicintainya, atau orang-orang yang dimuliakannya. Dengan mengobrol, bercengkrama, bercurah hati, atau bercanda dengan orang tercinta dan terkasih. Maka tiba-tiba kondisi kesehatannya berangsur-angsur pulih. Itulah salah satu hikmah di balik perintah menjenguk orang sakit yang diserukan oleh Nabi
SAW, bahwa kunjungan tersebut merupakan obat yang ampuh bagi si sakit, serta jalan yang lapang menuju kesembuhannya. Hal tersebut merupakan sebuah terapi yang mungkin tak terpikirkan di benak paramedis yang “menuhankan” logika dan “gila” analisa serta diagnosa.

                Selain itu, menjenguk orang sakit bisa melahirkan empat daya guna, yaitu;

      1.       Keuntungan bagi insan yang sakit.

      2.       Keuntungan bagi orang yang menjenguk.

      3.       Keuntungan bagi keluarga orang yang sakit.

      4.       Keuntungan bagi masyarakat umum.

Dalam uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa manakala Rasulullah SAW menjenguk orang yang sedang sakit, Penghulu Nabi-Nya ini menanyakan keluhan-keluhan yang diderita si sakit serta kondisi tubuhnya terkini. Rasulullah SAW juga menanyakan “menu” makanan apa yang diinginkan si sakit, kemudian memerintahkan untuk memenuhi keinginan si sakit.

Rasulullah SAW juga meletakkan tangan sucinya di atas kening si sakit, kadang meletakkan tangannya di dada orang sakit yang dijenguknya. Penghulu Nabi-Nya ini juga medoakan si sakit, memberitahukan “resep” obat terbaik, dan terapi penyembuhan yang tepat untuk kesembuhan si sakit. Kadang pada waktu menjenguk orang sakit, Rasulullah SAW mengambil air wudhu, lalu memercikkan air wudhunya ke tubuh si sakit. Kadang Beliau berkata, “Tidak apa-apa (tidak berbahaya), mudah-mudahan (sakit ini) menjadi pelebur dosa, insya Allah.” Semua hal tersebut itu dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk menyentuh jiwa dan menunjukkan betapa besar bentuk perhatian dan kelembutan sikapnya terhadap insan yang sakit. Sentuhan psikologis yang berupa perhatian terhadap insan yang sakti. Sentuhan psikologis yang berupa perhatian yang utuh, ujaran yang menyentuh hati, dan membuncahkan kegembiraan adalah teladan yang diberikan Sang Rasulullah SAW dalam mengobati penyakit.

Nama-Nama Bayi Yang Diharamkan Dalam Islam

 SHAKESPEARE berujar, ‘Apalah arti sebuah nama?’. Tapi bagi umat Islam, tidak demikian adanya. Nama adalah sesuatu yang berharga. Nama menjadi sedemikian penting karena sebuah nama dianggap juga sebagai sebuah doa kepada Allah Swt.

Dalam memberikan nama kepada anak, mungkin di antara para orang tua belum mengetahui kaidah Islam mengenai nama-nama yang boleh, makruh, dan bahkan diharamkan. Untuk menghindari dan ataupun memperbaiki kesalahan dalam memberikan nama pada anak, berikut adalah ulasannya.
a. Kaum muslimin telah bersepakat terhadap haramnya penggunaan nama-nama penghambaan  kepada selain Allah Ta’ala baik dari matahari, patung-patung, manusia atau selainnya, misalnya: Abdur Rasul (hambanya Rasul), Abdun Nabi (hambanya Nabi), dsb. Sedangkan selain nama  Nabi  Saw.,  misal:  Abdul  ‘Uzza  (hambanya  Al-‘Uzza  (nama patung/berhala), Abdul Ka’bah  (hambanya Ka’bah), Abdus Syamsu  (hambanya Matahari) dsb.

b. Memberi  nama  dengan  nama-nama  Allah  Tabaraka  wa  Ta’ala,  misal: Rahim,  Rahman, Kholiq dsb.

c. Memberi nama dengan nama-nama asing atau nama-nama orang kafir.

d. Memberi  nama  dengan  nama-nama  patung/berhala  atau  sesembahan  selain Allah  Swt., misal: Al-Lat dan Al-‘Uzza..

e. Memberi nama dengan nama-nama asing baik yang berasal dari Turki, Faris, Barbar dan daerah lainnya.

f. Setiap nama yang memuji (tazkiyyah) terhadap diri sendiri atau berisi kedustaan.  Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

“Sesungguhnya  nama  yang  paling  dibenci  oleh  Allah  adalah  seseorang  yang  bernama Malakul Amlak (raja diraja),” (HR. Bukhori & Muslim).

g. Memberi nama dengan nama-nama Syaithon, misal: Al-Ajda’ dll.

Nama-nama Yang Dimakruhkan

a. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama orang fasiq, penzina dll.

b. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama
perbuatan-perbuatan  jelek atau perbuatan-perbuatan maksiat.

c.  Dimakruhkan  memberi  nama  anak  dengan    nama  para  pengikut  Fir’aun,  misal:  Fir’aun, Qarun, dan Haman.

d. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama hewan yang telah dikenal akan sifatsifat jeleknya, misal: Anjing, keledai dll.

e. Dimakruhkan memberi  nama  anak  dengan  Ism, mashdar,  atau  sifat-sifat  yang menyerupai terhadap lafzdz “agama”, dan lafadz “Islam”, misal: Nurruddin, Dliyauddin, Saiful Islam dll.

f. Dimakruhkan memberi nama ganda, misal: Muhammad Ahmad, Muhammad Sa’id, dll.

g. Para ulama memakruhkan memberi nama dengan nama-nama surat dalam Al-Qur’an, misal: Thoha, Yasin dll.

Solusi

Jalan keluar dari kedua hal  ini adalah mengubah nama-nama  tersebut dengan nama-nama yang disukai  (mustahab)  atau yang  diperbolehkan  secara  syar’i. Dan  untuk merubah nama  ini  kita dapat mendatangi kementrian/departemen yang mengurusi masalah ini.

Sesungguhnya Rasulullah Saw. mengubah nama-nama yang mengandung makna  kesyirikan  kepada  Allah SWT kepada  nama-nama  Islami,  dari  nama-nama  kufur  kepada nama-nama imaniyah.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhaiallahu ‘anha, ia berkata:

“Sesungguhnya  Rasulullah  shalallahu  ‘alaihi  wa  sallam  merubah  nama-nama  yang  jelek menjadi nama-nama yang baik,” (HR. AT-Tirmidzi).

Demikianlah Nabi Saw. mengubah nama-nama yang jelek dengan nama-nama  yang  baik,  seperti  beliau  Saw. mengubah  nama  Syihab menjadi Hisyam  dll. Demikian  juga  kita mesti mengubah  nama-nama  yang  buruk menjadi  nama-nama yang  baik, misal: Abdun Nabi menjadi Abdul Ghoniy, Abdur Rasul menjadi Abdul Ghofur, Abdul Husain menjadi Abdurrahman dll. [Sumber: Tasmiyah Al-Maulud, karya: Asy-Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid]

Ingin Mengulang Jalan Kemuliaan Islam? Genggamlah Ketiga Pilar ini …

 Syeikh Hasan Al Banna

Para sahabat yang merupakan pilar masyarakat dakwah Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam  memiliki tiga pilar  utama untuk tegaknya kekuatan dakwah dalam jiwa kelompok tersebut. Seandainya ketiga hal itu berhasil terwujud di dalam diri kita sebagaimana yang telah terwujud dalam diri para sahabat, niscaya kita akan dibawa melangkah di jalan kemuliaan dan kemenangan, sebagaimana yang telah terjadi pada mereka.
Pertama adalah unsur keimanan yang sempurna. Keimanan inilah yang membersihkan mereka dari keinginan apa pun selain dakwah. Mereka telah mendengarkan seruan, “Maka segeralah kembali kepada Allah.” (QS. Adz-Dzuriyat: 50)

Mereka menjadikan Laa ilaaha ilallah sebagai slogan, pada saat yang sama mencampakkan slogan selainnya. Orang-orang musyrik berada dalam kesesatan, karena mereka mempertuhan selain Allah. Orang-orang Persia berada dalam kesesatan karena mereka mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Ahli Kitab berada dalam kesesatan karena mereka menjadikan para pendeta dan orang-orang alim mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Bumi ini secara keseluruhan berputar di atas poros kesesatan, karena tidak mendapatkan petunjuk dan tidak mengambil cahaya dari Allah. Sedangkan mereka berada di atas kebenaran yang nyata karena mereka telah menghindari penyembahan kepada berhala dan hawa nafsu serta menyerahkan seluruh pengabdian kepada Allah.

Mereka tidak beribadah kecuali kepada Allah, tidak patuh kecuali kepada Allah, tidak bergantung kecuali kepada Allah, tidak memohon kecuali kepada Allah, dan tidak merasakan kebahagiaan kecuali karena berdekatan dengan Allah. Mereka tidak merasa menderita kecuali oleh dosa yang menjauhkan dari Allah. Semua itu merupakan faktor pertama yang menyatukan hati mereka, karena mereka tidak berafiliasi kepada si Fulan atau si Fulan.

Bapakku Islam, tidak ada bapak selainnya bagiku

Ketika orang-orang berbangga dengan Qais dan Tamim

Mereka tahu bahwa bumi ini milik Allah yang diwariskan kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan bahwa kesudahan yang baik akan diperoleh orang-orang yang bertaqwa. Segala perbedaan yang biasanya mencabik kelompok-kelompok dan menjauhkan hati seseorang dari yang lainnya, musnah, lantaran mereka telah diwarnai dengan sibghah (celupan) Allah. “Sibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik sibghahnya daripada Allah?” (QS. Al-Baqarah:138)

Kedua, unsur cinta, kesatuan hati, dan keterpautan jiwa. Faktor apalagi yang bisa menjadikan mereka berselisih? Apakah mereka akan berselisih gara-gara kenikmatan dunia yang fana ataukah karena perbedaan gaji, tugas, dan status, sedangkan mereka mengetahui bahwa, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Jadi tidak ada faktor-faktor yang mengakibatkan mereka terpecah-belah. Mereka bersatu dan bersaudara, yang satu tidak menghinakan yang lain, tetapi masing-masing mencintai saudaranya dengan sepenuh kecintaan, kecintaan yang mencapai tingkatan itsar (mengutamakan orang lain). “Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (QS. Al-Hasyr: 9)

Mereka juga senantiasa menghayati firman Allah, “Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan- Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

Ketiga, adalah unsur pengorbanan. Mereka telah paham semua ini, sehingga rela memberikan apa saja untuk Allah, sampai-sampai ada di antara mereka yang merasa keberatan mengambil ghanimah yang telah dihalalkan oleh Allah untuk mereka. “Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kalian ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik.” (QS. Al-Anfal: 69). Terhadap hal ini pun mereka merasa keberatan dan menghindari. Mereka meninggalkannya karena mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala agar amal mereka tidak dikotori oleh ambisi pribadi.

Ketiga unsur ini, yaitu keimanan yang membersihkan diri mereka dari pikiran apa pun selain ma’rifatullah dan ukhuwah yang mengikat hati mereka sehingga seakan-akan menyatu, dan pengorbanan yang mendorong mereka untuk memberikan jiwa dan harta dalam rangka menggapai ridha Allah, yang menyebabkan mereka tampil dalam profil seperti ini. Faktor-faktor inilah yang telah mengeluarkan sekelompok manusia tersebut dari kehinaan kepada kemuliaan, dari perpecahan kepada persatuan, dan dari kebodohan kepada ilmu. Mereka adalah pemberi petunjuk bagi umat manusia dan calon-calon pengantin di surga.

Perasaan ini, Ikhwan sekalian, meluap di dalam diri saya ketika saya berdiri melihat Anda semua dalam shaf, dan ketika berdiri berceramah di hadapan Anda semua. Saya memohon kepada Allah agar menjadikan kita sebagai pengganti-pengganti mereka, agar kita memurnikan iman kita kepada Allah, agar Dia menjadikan kita orang-orang yang bercinta karena Allah, bersatu di atas kalimat-Nya, sebagaimana mereka telah bersatu dan memberikan sesuatu untuk menggapai ridha Allah. Ya Allah, kami menginginkan yang demikian itu; maka jadikanlah kami, ya Allah, demikian.

Jumat, 24 Mei 2013

Kisah Nyata: Menabrak Polisi, Dapat Jodoh


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … Aku tak tahu, apakah ini kesialanku atau keberuntunganku. Satu yang kutahu, inilah jalan yang diberikan Allah untuk bertemu jodohku. Meski awalnya, aku merasa sial karena kecelakaan itu dan aku harus mengganti rugi tidak sedikit. Toh akhirnya justru kesialanku itu membawaku ketemu jodoh.

Ceritanya begini, secara tak sengaja aku menabrak seorang polisi sepulang kuliah. Tak kusangka “motor butut”-ku bisa merusak total motornya yang bernilai puluhan juta. Perasaan, mataku sudah fokus ke jalan, tak jelalatan kemana-mana. Doa juga sudah kubaca saat aku menyalakan mesin motor di parkiran I kampus.


Memang sudah apes dan inilah yang dinamakan takdir. Nggak diminta dan meski sudah hati-hati eh… nabrak juga, … polisi lagi.
Aku dan motorku sempat juga jungkir balik, Alhamdulillah lukaku tak seberapa parah, meski jidatku sempat berdarah-darah dan tanganku terkilir, serta luka lecet hamper diseluruh tubuh. Meski tak sampai membuatku pingsan, aku harus merasakan mondok tiga hari di rumah sakit.

Sementara polisi yang kutabrak tak separah aku. Tapi justru motornya yang parah, sempat aku ciut nyali saat temen-temen polisi dan orang-orang mengerumuniku. Di TKP teman-teman polisi itu justru yang marah-marah dan bersikap agak keras padaku, tapi mas polisi itu justru minta teman-temannya bersikap baik dan sabar padaku.

“Sudah, nggak papa namanya juga nggak sengaja, memang ada orang mau nabrak atau ditabrak? Jangan kasarlah aku baik saja kok. Kayaknya motor yang kena, nanti kan bisa diselesaikan baik-baik”.

Aku dibuat kagum bahkan polisi yang kutabrak itu berbaik hati mengantarku ke rumah sakit dan mengabari keluarga dirumah. Selama tiga hari itu dia juga menyempatkan diri menjengukku di rumah sakit. Kami jadi akrab karenanya.

Nah, setelah keluar dari rumah sakit aku mulai disibukkan urusan ganti rugi onderdil motor senilai puluhan juta itu. Ganti rantai saja nilainya jutaan rupiah, itu pun belum spare part lain.

Makanya hampir seluruh tabungan hasil kerja sampinganku ludes semua. Tapi aku memang harus bertanggungjawab bukan? Aku tak mau menyusahkan orangtua soal ganti rugi, hingga aku bilang ke mas polisi cuma bisa mencicil sedikit demi sedikit.

Seperti biasa, kali ini aku ke rumah mas polisi untuk mencicil ganti rugi. Ini keempat kalinya aku kesana. Sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih dia menerima “setoranku”. Dan seperti biasa pula kami ngobrol sejenak. Tak kusangka dia tiba-tiba bertanya, “sudah ada gambaran nikah belum?” tanyanya padaku
sambil mesem-mesem.

“Ya kadang pingin juga mas, kerja kecil-kecilan insya Allah sudah ada, pinginnya nggak nunda-nunda, tapi jodohnya belum ada”. Jawabku sambil cengar-cengir.

“Mau sama adikku? Serius nih, orangnya pake jilbab gedhe kamu carinya kan yang kayak gitu”. Mas polisi bilang gitu mungkin karena celanaku yang “kayak orang kebanjiran” seperti temen-temen kampus yang suka meledekku.

“Bener kok, serius!” Ujarnya menegaskan.

Sore itu aku pulang dan berjanji memikirkan tawarannya. Setelah berkonsultasi dengan orang tua dua pekan kemudian kuberikan jawaban “Ya”. Tentu saja, akhwat dan keluarganya sudah tahu keadaanku yang perbedaannya ibarat langit dan bumi dengan mereka yang dari keluarga berada. Meski awalnya minder, sikap bapak akhwat yang begitu baik membuatku percaya diri, pesannya padaku singkat.

“Laki-laki yang bisa menjadi imam dan tanggungjawab, satu lagi jaga anak perempuan saya, dia sepenuhnya saya titipkan ke kamu”.

Meski diberi tanggungjawab yang tak ringan, hatiku serasa diguyur es, sejuk…. Rasanya. Aku segera pulang ke awang-awang sepulang nazhar. Mas Har, si mas polisi yang kutabrak itu mencegatku, ia menyerahkan amplop tebal padaku.

“Ini uang yang kamu titipkan padaku, ini hadiahku tapi bener ya cepet jemput bidadarimu! Ia memukul pundakku ringan dan pergi tanpa memberiku kesempatan bertanya lagi.

Masya Allah, di rumah, begitu kubuka amplop ternyata isinya uang sesuai ganti rugi motor yang kuberikan kepada mas Har. Segera kuhubungi mas Har lewat telepon, tapi ia tertawa ringan.

“Aku sudah bilang, itu untuk calon adikku”.

Berkaca-kaca saat kututup telepon sambil tak henti-hentinya bersyukur. Sudah nabrak orang, dikasih adiknya, dipercaya orangtuanya, uang ganti ruginya masih dikembalikan padaku.

Semalaman aku tak bisa tidur entah karena senang atau bingung. Uang senilai hampir sepuluh juta itu, kuberikan sebagai mahar saat akad nikah buat istri. Tepat sebulan sebelum Ramadhan.

Kini kami sudah punya 2 momongan, insya Allah beberapa bulan lagi akan bertambah seorang lagi. Mas Har menikah 2 tahun kemudian, ia baru punya satu momongan, Alhamdulillah kami semua hidup bahagia. Mas har dan istrinya juga mulai tertarik manhaj mulia ini. Dan itu menambah kebahagiaan kami.

Wallahua’lam bish Shawwab ….
Barakallahufikum ….

… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …

Sumber : Majalah nikah sakinah volume 9 no 6 dengan sedikit perbaikan tulisan

Kisah Nyata: Menabrak Polisi, Dapat Jodoh


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … Aku tak tahu, apakah ini kesialanku atau keberuntunganku. Satu yang kutahu, inilah jalan yang diberikan Allah untuk bertemu jodohku. Meski awalnya, aku merasa sial karena kecelakaan itu dan aku harus mengganti rugi tidak sedikit. Toh akhirnya justru kesialanku itu membawaku ketemu jodoh.

Ceritanya begini, secara tak sengaja aku menabrak seorang polisi sepulang kuliah. Tak kusangka “motor butut”-ku bisa merusak total motornya yang bernilai puluhan juta. Perasaan, mataku sudah fokus ke jalan, tak jelalatan kemana-mana. Doa juga sudah kubaca saat aku menyalakan mesin motor di parkiran I kampus.


Memang sudah apes dan inilah yang dinamakan takdir. Nggak diminta dan meski sudah hati-hati eh… nabrak juga, … polisi lagi.
Aku dan motorku sempat juga jungkir balik, Alhamdulillah lukaku tak seberapa parah, meski jidatku sempat berdarah-darah dan tanganku terkilir, serta luka lecet hamper diseluruh tubuh. Meski tak sampai membuatku pingsan, aku harus merasakan mondok tiga hari di rumah sakit.

Sementara polisi yang kutabrak tak separah aku. Tapi justru motornya yang parah, sempat aku ciut nyali saat temen-temen polisi dan orang-orang mengerumuniku. Di TKP teman-teman polisi itu justru yang marah-marah dan bersikap agak keras padaku, tapi mas polisi itu justru minta teman-temannya bersikap baik dan sabar padaku.

“Sudah, nggak papa namanya juga nggak sengaja, memang ada orang mau nabrak atau ditabrak? Jangan kasarlah aku baik saja kok. Kayaknya motor yang kena, nanti kan bisa diselesaikan baik-baik”.

Aku dibuat kagum bahkan polisi yang kutabrak itu berbaik hati mengantarku ke rumah sakit dan mengabari keluarga dirumah. Selama tiga hari itu dia juga menyempatkan diri menjengukku di rumah sakit. Kami jadi akrab karenanya.

Nah, setelah keluar dari rumah sakit aku mulai disibukkan urusan ganti rugi onderdil motor senilai puluhan juta itu. Ganti rantai saja nilainya jutaan rupiah, itu pun belum spare part lain.

Makanya hampir seluruh tabungan hasil kerja sampinganku ludes semua. Tapi aku memang harus bertanggungjawab bukan? Aku tak mau menyusahkan orangtua soal ganti rugi, hingga aku bilang ke mas polisi cuma bisa mencicil sedikit demi sedikit.

Seperti biasa, kali ini aku ke rumah mas polisi untuk mencicil ganti rugi. Ini keempat kalinya aku kesana. Sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih dia menerima “setoranku”. Dan seperti biasa pula kami ngobrol sejenak. Tak kusangka dia tiba-tiba bertanya, “sudah ada gambaran nikah belum?” tanyanya padaku
sambil mesem-mesem.

“Ya kadang pingin juga mas, kerja kecil-kecilan insya Allah sudah ada, pinginnya nggak nunda-nunda, tapi jodohnya belum ada”. Jawabku sambil cengar-cengir.

“Mau sama adikku? Serius nih, orangnya pake jilbab gedhe kamu carinya kan yang kayak gitu”. Mas polisi bilang gitu mungkin karena celanaku yang “kayak orang kebanjiran” seperti temen-temen kampus yang suka meledekku.

“Bener kok, serius!” Ujarnya menegaskan.

Sore itu aku pulang dan berjanji memikirkan tawarannya. Setelah berkonsultasi dengan orang tua dua pekan kemudian kuberikan jawaban “Ya”. Tentu saja, akhwat dan keluarganya sudah tahu keadaanku yang perbedaannya ibarat langit dan bumi dengan mereka yang dari keluarga berada. Meski awalnya minder, sikap bapak akhwat yang begitu baik membuatku percaya diri, pesannya padaku singkat.

“Laki-laki yang bisa menjadi imam dan tanggungjawab, satu lagi jaga anak perempuan saya, dia sepenuhnya saya titipkan ke kamu”.

Meski diberi tanggungjawab yang tak ringan, hatiku serasa diguyur es, sejuk…. Rasanya. Aku segera pulang ke awang-awang sepulang nazhar. Mas Har, si mas polisi yang kutabrak itu mencegatku, ia menyerahkan amplop tebal padaku.

“Ini uang yang kamu titipkan padaku, ini hadiahku tapi bener ya cepet jemput bidadarimu! Ia memukul pundakku ringan dan pergi tanpa memberiku kesempatan bertanya lagi.

Masya Allah, di rumah, begitu kubuka amplop ternyata isinya uang sesuai ganti rugi motor yang kuberikan kepada mas Har. Segera kuhubungi mas Har lewat telepon, tapi ia tertawa ringan.

“Aku sudah bilang, itu untuk calon adikku”.

Berkaca-kaca saat kututup telepon sambil tak henti-hentinya bersyukur. Sudah nabrak orang, dikasih adiknya, dipercaya orangtuanya, uang ganti ruginya masih dikembalikan padaku.

Semalaman aku tak bisa tidur entah karena senang atau bingung. Uang senilai hampir sepuluh juta itu, kuberikan sebagai mahar saat akad nikah buat istri. Tepat sebulan sebelum Ramadhan.

Kini kami sudah punya 2 momongan, insya Allah beberapa bulan lagi akan bertambah seorang lagi. Mas Har menikah 2 tahun kemudian, ia baru punya satu momongan, Alhamdulillah kami semua hidup bahagia. Mas har dan istrinya juga mulai tertarik manhaj mulia ini. Dan itu menambah kebahagiaan kami.

Wallahua’lam bish Shawwab ….
Barakallahufikum ….

… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …

Sumber : Majalah nikah sakinah volume 9 no 6 dengan sedikit perbaikan tulisan

SEJARAH PERDUKUNAN DARI MASA KE MASA


 "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang telah diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut. Padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. an-Nisa': 60).


Para ulama tafsir berbeda pendapat dalam memaknai kalimat "Thaghut" pada ayat di atas. Banyak di antara mereka memaknai thaghut itu dengan dukun. Di antara ulama tafsir yang memaknai thaghut dengan dukun adalah: Ibnu Abbas, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Abul ‘Aliyah, dan Imam Qatadah (Tafsir al-Qurthubi: 5/248). Jadi masyarakat pada zaman dahulu lebih suka untuk mendengar omongan dukun dalam menyelesaikan suatu masalah, dari pada kembali kepada wahyu yang telah diturunkan Allah melalui para rasul-Nya. 

Sejak dahulu, dukun sudah mendapatkan tempat di tengah kehidupan masyarakat. Tidak hanya pada zaman sekarang atau di zaman Rasulullah. Jauh sebelumnya pun, dukun sudah mempunyai peran di hati masyarakat yang menggandrunginya. Bagi mereka dukun adalah tempat untuk menyele­saikan masalah. Tempat untuk meminta saran dan pendapat. Tempat untuk menunjang keberhasilan dan kesuksesan yang mereka inginkan.

Dukun di Masa Nabi Musa

Pada zaman Fir'aun misalnya. la melibatkan para dukun untuk menopang kelanggengan kekuasaannya. Fir'aun telah menjadikan para dukun ternama dan terhebat sebagai penasihat spiritualnya. Fir'aun dibuat kalang-kabut saat para dukun menafsirkan isi mimpinya.

Ibnu Abbas berkata, "Setelah Fir'aun bermimpi, pada pagi harinya Fir'aun mengumpulkan dukun-dukunnya. (Setelah mendengar isi mimpi Fir'aun), para dukun itu mengatakan, 'Pada tahun ini akan lahir seorang anak laki-laki, ia kelak akan menggulingkan kekuasaanmu”. Serta merta Fir'aun memutuskan bahwa setiap seribu wanita, harus dijaga seratus tentara. Setiap ada seratus wanita, dijaga sepuluh tentara. Setiap ada sepuluh wanita, harus dijaga seorang tentara. Lalu ia memerintahkan, 'Perhatikan dengan seksama setiap wanita hamil di wilayah ini. Apabila telah melahirkan, lihatlah. Kalau bayinya laki-laki, maka sembelihlah. Dan kalau bayinya perempuan, maka biarkanlah. (Tafsir Jami'ul Bayan: 1/272).

Saat menghadapi Nabi Musa, Fir'aun mengerahkan semua dukun dan tukang sihirnya. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, jumlah dukun dan tukang sihir waktu itu mencapai 80.000 personil.



Jumlah yang sangat banyak itu dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok dipimpin dukun dan tukang sihir terhebat. Yaitu, Sabur, Adzur, Hath dan Mushaffa. Sungguh merupakan jumlah yang sangat banyak. Tapi dukun yang dimiliki Raja Persia lebih banyak lagi. Jumlahnya mencapai 360 orang. Itulah sebagian cara mereka untuk melanggengkan kekuasannya.

Dukun di Masa Nabi Yusuf

Begitu juga raja yang memerintah pada zaman Nabi Yusuf. la menjadikan para dukun sebagai rujukan utama dalam menghadapi berbagai problema. Hanya saja para dukun raja waktu itu tidak mampu menafsirkan mimpi sang raja, saat ia bermimpi dengan mimpi yang cukup aneh (Lihat QS. Yusuf: 43-49). Mereka menganggap isi mimpi raja sangat ruwet untuk ditafsirkan, dan ada juga yang mengatakan bahwa mimpi sang raja hanyalah bunga tidur atau mimpi kosong tak punya arti. Akhirnya Nabi Yusuf-lah yang bisa menafsirkan mimpi sang raja itu.

Raja yang memerintah pada zaman Nabi Yusuf pada suatu malam bermimpi. Lalu ia mengumpulkan para dukun dan peramal, dan para pejabat teras kerajaan serta para pembesar. Lalu sang raja menceritakan mimpinya, setelah itu ia bertanya tentang arti mimpinya. Tapi tak satu pun yang hadir mengetahui secara persis arti mimpi itu. Bahkan kebanyakan mereka mengatakan bahwa itu hanyalah mimpi yang kacau dan sulit ditafsirkan. Pada saat itulah, seorang pemuda yang pernah satu sel dengan Nabi Yusuf ingat akan Nabi Yusuf. Padahal sebelumnya syetan telah membuatnya lupa. Lalu ia memberitahukan kepada sang raja bahwa ada orang yang bisa menafsiri mimpinya itu, dialah Nabi Yusuf. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir. 2/481)

Dukun di Masa Rasulullah, Muhammad.

Fenomena praktik perdukunan yang marak juga didapati pada masa Jahiliyyah, sebelum Muhammad diutus sebagai Nabi dan Rasul. Imam as-Suddi berkata, "Pada zaman Jahiliyyah banyak dukun-dukun. Apabila ada seseorang ingin melakukan perjalanan jauh, atau menikah, atau mewujudkan keinginan lainnya, ia mendatangi dukun. Lalu dukun itu memberinya mangkok. Kemudian mangkok itu dipukul, apabila keluar sesuatu yang menarik, maka ia pun meneruskan keinginannya. Tapi bila keluar sesuatu yang tidak disukai, maka ia pun membatalkan keinginannya. (Tafsir Jami'ul Bayan : 6/ 77).

"Para dukun banyak bertebaran di wilayah Arab, karena banyak manusia yang berhukum ke mereka ketika ada masalah. Saat mereka punya bayi, mereka mendatangi dukun untuk bertanya seputar masa
depan sang anak. Pasar Ukazh yang terkenal saat itu banyak dipenuhi praktik perdukunan." (Lihat Kitab al-Mufashshal fi Tarikhil 'Arab  Qablal  Islam: 61/773).





Sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya, Imam al-Khatthabi berpendapat, "Praktik perdukunan merajalela dan menjamur di masa Jahiliyyah - khususnya di bangsa Arab - karena terputusnya risalah kenabian di kalangan mereka." (Fathul Bari: 10/ 217). Kalau kita membuka sejarah perdukunan di wilayah Rasulullah dilahirkan, maka akan kita temukan banyak nama-nama dukun yang hebat dan terkenal di kalangan mereka. Seperti Syaq dan Suthaih, Aus bin Rabi'ah, Nufail Ibnul 'Uzza, Sawad bin Qarib ad-Dausi, Ibnu Shayyad, Urwah bin Zaid al-Azdi, Haritsah, Juhainah dan masih banyak nama-nama lainnya. (Lihot Kitab al-Mufashshal fi Tarikhil 'Arab Qablal Islam: 6/ 360).

Dukun di Masa Sekarang

Pada zaman kita sekarang, praktik perdukunan juga banyak. Bukan karena terputusnya wahyu. Tetapi karena jauhnya masyarakat dari ajaran wahyu (Al-Qur'an), serta keengganan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya. Jumlah mereka jutaan, tersebar di seantero bumi nusantara ini. Ada seorang dukun ternama yang pernah menyampaikan ke Majalah Ghoib, bahwa Jumlah personil dukun yang bernaung dalam kelompoknya berjumlah lebih dari 13 juta personil. Itu hanya satu paguyuban, belum lagi paguyuban dan kelolmpok lainnya yang tidak dibawah naungannya.

Tidak semua dukun yang membuka praktik perdukunan benar-benar seorang dukun. Tidak semua dukun dibantu oleh jin dalam praktiknya. Tidak semua dukun menguasai ilmu-ilmu mistik atau supranatural. Di antara mereka banyak juga yang hanya modal nekat. Karena susah cari pekerjaan atau sulit mencari penghasilan, akhirnya dengan intrik dan rekayasa serta trik tersembunyi mereka membuka praktik perdukunan.

Imam al-Khatthabi mengklasifikasikan praktik perdu­kunan yang ada pada zaman Rasulullah menjadi empat bagian. Pertama, dukun yang berkolaborasi dengan jin. Dalam praktiknya, dukun tersebut selalu mendapatkan pasokan berita dari jin yang telah mencuri kabar dari langit, ada kerjasama dan keterikatan antara keduanya. Kedua, dukun yang terkadang saja dibantu oleh jin. Jin datang untuk mendikte dan menyetirnya. Ketiga, dukun yang bersandar kepada tebakan, perkiraan dan sangkaan. Keempat, dukun yang praktiknya bersandar pada pengalaman dan kebiasaan semata. la mengaitkan masalah yang ada dengan masalah serupa yang telah terjadi atau telah dialaminya. (Fathul Bari: 10/218).

KH. Abdul Wachid yang pernah terjun dalam praktik perdukunan, dan sekarang terus aktif memberantas praktik perdukunan, mendakwahi para pelaku pedukunan yang masih aktif membuka praktik, ternyata ia menemukan tipe-tipe dukun yang diklasifikasikan oleh Imam al-Khatthabi. Tidak semua dukun mempunyai kekuatan mistik. Dan yang paling banyak adalah mereka yang menggunakan intrik.

Menurut pengalaman dan hasil survei Gus Wachid seputar praktik perdukunan yang ada di Indonesia, dukun-dukun yang ada itu ada tiga macam.

1. Dukun yang bisa menguasai jin.

Gus Wachid berkata, "Saya pernah seperti itu. Jin itu bisa saya perintah. Dengan ilmu 'karamah' yang saya punya. Dengan konsentrasi penuh, kita mendatangkannya, kemudian kita bisa memerintahnya. Tapi luar biasa lelahnya setelah ritual itu selesai. Terkadang saya gunakan cara ini untuk mengobati orang yang terkena jin. Jadi saya gunakan jin untuk mengusir jin atau untuk mengetahui sebenarnya apa yang diinginkan oleh jin yang masuk dalam jasad orang itu.

2. Dukun yang dikendalikan jin.

Kata Gus Wachid, "Ciri kategori ini, biasanya yang bersangkutan harus kesurupan dulu dan itu bisa dikenali dengan suaranya yang berubah. Saya sempat akrab dengan orang-orang seperti itu. Saya pernah kemalingan, saya berusaha mencarinya tetapi tidak ketemu. Akhirnya saya pernah minta bantuan orang yang mempunyai kemampuan kategori kedua ini, di saat saya kehilangan mesin ketik.

3. Dukun yang tidak bisa apa-apa.

Mereka bisanya hanya goroh, gedabrus thok (hanya penipu, pembual). Gus Wachid berkata, "Wallahi, dukun kategori inilah yang paling banyak. Saya bisa mengetahuinya, karena kalau ada orang yang mengaku sakti, langsung saya cek dengan kekuatan 'karamah' yang pernah saya pelajari. (Sambil membuka telapak tangan di hadapkan ke orang yang dituju seraya baca wiridnya. Dan saya akan
merasakan seperti kesetrum jika ada isinya)".

Dukun kategori manapun, kita dilarang oleh Rasulullah untuk mendatanginya, bertanya kepadanya, apalagi membenarkan apa yang dikatakannya. Baik itu dukun mistik maupun dukun intrik. "Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal, ialu membenarkan apa yang dikatakannya. Maka ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkankepada Muhammad (al-Qur'an dan al-Hadits)." (HR. Ahmad dan dishahihkan al-Albani).


Majalah GHOIB Edisi Khusus “Dukun-Dukun Bertaubat”

Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah Ada di Indonesia


Atlantis adalah misteri yang menggoda para ilmuwan, dan kaum spritualis untuk menelisik kembali peradaban maju manusia yang, konon, hilang ditelan bumi. Sampai saat ini, setidaknya ada ribuan buku telah ditulis ihwal legenda itu.

Pada mulanya adalah Plato (427-347 SM), filsuf Yunani, mencatat cerita soal benua hilang itu dalam dua karyanya, Timaeus dan Critias. Keduanya adalah karya terakhir Plato, yang ditulis pada 347 SM.


Berdasarkan dua karya Plato itu, DR Danny Hilman Natawidjaja, menelurkan sebuah buku yang berjudul "Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah Ada di Indonesia."
"Konsep utama unsur pembentukan alam terdiri dari air, api, tanah, dan udara. Semua itu tertuang dalam dua karya Plato Timaeus dan Critias, jadi tidak mungkin Plato berbohong dan berkhayal," kata Danny Hilman, di sela acara Diskusi Bencana dan Peradaban dan Peluncuran Buku "Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah Ada di Indonesia," di Jakarta, 20 Mei 2013.

Danny menambahkan, dua karya Plato itu berasal dari manuskrip yang dimiliki oleh kakeknya yang didapat dari Mesir yang sudah ditranskip ke dalam bahasa Yunani.
Di karya Critias menyebutkan kalau Atlantis berasal dari 9.600 SM atau 11.600 tahun yang lalu. Atlantis dijelaskan sebagai wilayah tropis, bertemperatur sedang, berbentuk daratan besar yang sangat indah, subur, banyak sumber air,
flora, fauna, dan bahan tambang logam mineral.

"Di karya itu juga dikatakan ada dua binatang buas di Atlantis. Apakah itu harimau atau komodo?" ujar Danny.

Mirip dengan Indonesia
Kesamaan Atlantis dan di Indonesia juga terlihat dari manuskrip kuno yang digunakan Plato untuk menjelaskan Atlantis, seperti adanya sungai, gunung berapi, masyarakatnya bisa membangun candi, habitat padat, masyarakat yang taat agama, patuh hukum, dan tidak mementingkan harta.

"Dari sisi demografi, Atlantis sangat mirip dengan Indonesia," kata Danny.

Ia juga menyampaikan, Atlantis hilang karena curah hujan yang sangat besar pada saat itu, sehingga menyebabkan banjir besar dan kemudian menenggelamkan Atlantis.
"Proses menghilangnya Atlantis tidak dalam waktu sehari semalam, tapi terjadi selama beribu-ribu tahun yang disebabkan banjir yang terus menerus datang," jelas Danny.

Sementara di karya Timiaeus, Plato menjelaskan, bukan hanya banjir yang menyebabkan hilangnya Atlantis. Tapi, masih banyak bencana lain yang menyebabkan musnahnya Atlantis dan peradabannya.

"Bencana-bencana di Indonesia juga sering terjadi, seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan lainnya. Dari konsep bencana katastrofi dan musnahnya peradaban, banyak juga peradaban di Indonesia yang hancur karena adanya bencana," tutup Danny. (satumedia)

Kamis, 23 Mei 2013

Aneh, Kuburan Nasrani Di Ibadahi


Di timur Aljazair, masyarakat di sana mengagungkan sebuah kuburan dan ngalap berkah dengan nisan dan bangunannya. Namun, setelah diteliti, ternyata penghuni kuburan tersebut adalah pendeta Nasrani. Awalnya, masyarakat tak percaya, namun mereka menjadi percaya setelah ditemukan salib di kuburan tersebut. (al-Inhirafat al-’Aqadiyyah wal ‘Ilmiyyah 1/284-285 Ali az-Zahrani)


Di kota Ladziqiyyah juga ada sebuah makam yang dikeramatkan dan dikultuskan, selalu diziarahi, dan diberi wewangian sampai sekarang, ternyata itu adalah makam seekor kuda yang ditunggangi oleh wali dari Maroko. (Ushulun Bila Ushulin hlm. 40 oleh Muhammad Ismail al-Muqaddam)

Di negeri ini, kasus serupa juga banyak terjadi, ada sebuah
kuburan keramat di Jawa yang berada di area masjid. Menurut informasi yang diterima penulis, penghuni kuburan itu adalah pencuri di masjid(!). Dan mungkin Anda masih ingat dengan kuburan Mbah Periok yang dikeramatkan masyarakat dan sempat terjadi peristiwa berdarah di sana pada Rabu 29 Rabi’ul Akhir 1431 H atau 14/4/2010 ternyata menurut penelitian kuburan itu hanyalah fiktif belaka, bukan kuburan Mbah Periok yang sebenarnya. (Lihat Pendangkalan Akidah Berkedok Ziarah. Di Balik Kasus Kuburan Keramat Mbah Periok hlm. 71 oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede)

Ditulis oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as Sidawi Hafizhahullah
Dikutip dari Majalah al Furqon Edisi 5 Tahun keduabelas, Muharram 1434, Hal.54