Rabu, 28 Agustus 2013

Peneliti Temukan Penjelasan Ilmiah Kisah Nabi Musa Membelah Laut Merah

Nabi Musa tak bisa dipisahkan dari Laut Merah. Salah satu mukzijat yang diberikan Allah SWT kepada Musa adalah kemampuan untuk membelah Laut Merah sehingga utusan Allah itu bisa melintasinya bersama para pengikutnya.

Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah untuk menghindari kejaran dari Fir’aun dan pasukannya. Seizin Allah, rombongan Musa berhasil melalui laut yang dalam itu. Laut kembali menutup dan Fir’aun bersama pasukannya pun tenggelam ditelan Laut Merah. Kisah itu dengan jelas tertulis dalam Alquran maupun Alkitab.

Setelah melalui riset komputer yang cukup lama, peneliti di Amerika Serikat menyimpulkan kisah Laut Merah yang terbelah seakan memberi jalan bagi Musa itu, bila dilihat dari sisi ilmiah, sangat mungkin terjadi. Angin timur yang bertiup sepanjang malam bisa mendorong air laut seperti yang dikisahkan dalam Alquran atau Alkitab.

Menurut simulasi komputer yang mempelajari bagaimana angin mempengaruhi air, memperlihatkan bahwa angin mampu mendorong air kembali pada satu titik sehingga seperti membentuk sungai yang membungkuk untuk menyatu dengan laguna di pesisir. Demikian dilaporkan Pusat Riset Atmosfer Nasional (NCAR) dan Universitas Colorado. ”Hasil simulasi sangat cocok dengan kisah yang disampaikan dalam Exodus (Keluaran),” ujar Carl Drews dari NCAR, yang memimpin studi
ini.

”Terbelahnya air (laut) dapat dipahami melalui dinamika fluida. Angin menggerakkan air dengan cara yang sesuai dengan hukum-hukum fisika, menciptakan lorong bagi perjalanan yang aman dengan air pada kedua sisinya dan itu memungkinan air untuk tiba-tiba menutup kembali.”

Drews dan rekan-rekannya mempelajari bagaimana badai topan di Samudera Pasifik dapat menggerakkan dan mempengaruhi air samudra yang dalam. Para peneliti itu juga menunjuk satu situs di selatan Laut Mediterania sebagai tempat penyeberangan yang legendaris, dengan model tanah yang memungkinkan terjadinya air laut membelah.

Model ini memerlukan formasi berbentuk huruf U dari Sungai Nil dan laguna dangkal di sepanjang garis pantai. Hal ini menunjukkan bahwa angin dengan kecepatan 63 mil per jam yang terus berhembus selama 12 jam, bisa mendorong air hingga kedalaman 6 kaki (2 meter). ”Ini (menjadi) jembatan tanah sepanjang 3-4 kilometer (2 sampai 2,5 mil) dan luas 5 kilometer (3 mil), dan tetap terbuka selama 4 jam,” tulis mereka di jurnal Public Library of Science, PLoS ONE.

”Orang-orang selalu terpesona oleh kisah Exodus (Keluaran), bertanya-tanya apakah itu datang dari fakta-fakta sejarah,” kata Drews. ”Penelitian ini menunjukkan bahwa deskripsi terpisahnya perairan memang memiliki dasar dalam hukum-hukum fisika.” (Budi Raharjo/Al Arabiya/RoL)

Sabtu, 24 Agustus 2013

Khawarij Gaya Baru (Muqaddimah)


Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, meminta ampunan-Nya  dan berlindung  kepada-Nya dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tak seorang pun mampu menyesatkannya dan barang siapa disesatkan oleh Allah, maka tak seorang pun mampu memberinya petunjuk. Saya bersaksi sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau dan para shahabat.
 Wa Ba’du…
Sesungguhnya Syaikh Muhammad Nashirudin Al Albani adalah salah seorang ulama kontemporer. Tak seorangpun mengingkari keutamaan beliau selain orang yang mendustakan atau arogan. Syaikh hafidzahullah telah mengabdikan dirinya untuk mendalami hadits Rasulullah dan bekerja keras untuk menyebarkan sunah, memberantas bid’ah serta menyebarkan ilmu salaf di tengah umat. Kami berdoa semoga Allah membalas semua jasa beliau dengan sebaik-baik balasan.
Namun Allah enggan untuk menjadikan seorang manusia selain para rasul-Nya sebagai seorang yang maksum. Syaikh adalah manusia juga, beliau kadang benar dan kadang salah. Orang yang mengikuti tulisan-tulisan dan kaset-kaset syaikh tentu akan menemukan ada juga kesalahan atau ketergelinciran di dalamnya.
Kami, Alhamdulillah, bukanlah orang-orang yang mencari-cari ketergelinciran orang, membesar-besarkannya dan banyak menyebut-nyebutnya. Karena itu, bukan termasuk kebiasaan kami mencari ketergelinciran-ketergelinciran tersebut. Tetapi bila kami mendapati ketergelinciran dalam pelajaran atau pembahasan kami, kami berpaling dari kesalahan yang kami dapatkan dan kami beramal dengan yang benar. Barangkali kami mengingatkan kesalahan tersebut dalam sebagian majlis kami dengan bahasa yang baik dan metode yang santun, bukan meributkan dan menyebar luaskannya.
Dalam beberapa masa belakangan ini, saya mendengar sebuah kaset syaikh Hafidzahullah. Saya melihat menjadi kewajiban dari ilmu kami untuk segera mendiskusikan sebagian isi kaset beliau dengan diskusi yang tenang, di mana Allah mengetahui bahwa saya tidak mempunyai maksud selain menerangkan dan mencari kebenaran.
Kaset yang dimaksud berjudul “ Min Manhajil Khawarij  (Manhaj Khawarij). Kaset ini telah direkam pada tanggal 29 Jumadil Akhirah 1416 H bertepatan dengan tanggal 23 Oktober 1995 M, dengan nomor  1/830 dari nomor berseri “ Silsilatu Al Huda wa An Nuur sebagaimana disebutkan dalam kata pengantarnya. Dalam kaset ini, syaikh membahas peristiwa yang terjadi di Mesir dan Al Jazair dan menolak  sikap keluar dari ketaatan kepada para pemimpin kaum muslimin hari ini, dan beliau memberi fatwa dalam beberapa masalah yang berkaitan dengan hal ini.
Saudara pembaca yang budiman, tulisan yang ada di hadapan anda ini memuat dua persoalan, barangkali keduanya adalah persoalan terpenting yang disebutkan syaikh dalam kasetnya.
Persoalan pertama adalah masalah keluar (melawan) penguasa kafir. Syaikh berpendapat tidak boleh melawan penguasa hari ini sekalipun mereka jelas-jelas telah kafir.
Persoalan kedua adalah persoalan yang berkaitan dengan mengkafirkan penguasa yang membuat dan menetapkan undang-undang positif untuk rakyat tanpa berlandaskan kepada (hukum) Allah dan penguasa yang mewajibkan rakyat untuk berhukum kepada undang-undang positif. Syaikh berpendapat penguasa seperti ini tepat untuk dikenai apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Kufrun duna kufrin(kekafiran yang tidak mengeluarkan dari Islam).
Dalam tulisan ini pembaca akan menemukan diskusi ilmiah terhadap dua persoalan ini dan penjelasan tentang pendapat yang benar dalam kedua masalah ini. Kemudian saya lampirkan juga beberapa halaman lain seputar tema–tema lain yang terpisah-pisah namun masih ada kaitannya dengan dua permasalahan di atas.
Sebenarnya hal yang mendorong saya untuk menulis tulisan ini adalah bahwa saya mendapati perbincangan seputar permasalahan-permasalahan ini menjadi ciri umum dari pembicaraan dan majlis syaikh. Sekiranya persoalannya sekedar sekali majlis saja di mana syaikh mengutarakan pendapatnya, tentulah persoalannya remeh. Namun kami mendapati syaikh selama bertahun-tahun telah berbicara seputar dua permasalahan di atas dengan menuduh orang-orang yang tidak sependapat dengan beliau sebagai orang-orang bodoh dan tergesa-gesa, dengan memakai ungkapan-ungkapan pedas dan kasar. Sebaliknya kami tidak mendapati ungkapan yang pedas dan kasar ini beliau tujukan kepada pihak yang lain, yaitu para penguasa sekuler yang merupakan faktor terbesar terjadinya bencana dalam diri umat ini dengan kejahatan mereka menjauhkan umat ini dari kitab Rabbnya dan sunah Nabinya Shallalahu ‘alaihi Wa Salam, dan kejahatan mereka memaksa umat ini untuk berjalan sesuai keinginan Barat yang kafir dan ridha dengan program-program Yahudi dan Nasrani.
Telah kami lihat di antara pengaruh dari metode syaikh ini, banyak pemuda-pemuda yang mengikuti syaikh dan metode beliau, melihat para penguasa sekuler yang merubah syariat Allah sebagai ulil amri (penguasa) yang wajib kita dengar dan kita taati dan bahwa keluar dari ketaatan kepada mereka layaknya keluar dari penguasa-penguasa umat Islam masa awal dahulu. Sebaliknya, kami melihat mereka melihat saudara-saudara mereka yang memusuhi penguasa tadi layaknya Khawarij ahli bid’ah, tidak layak disikapi selain dengancelaan dan cercaan, bahkan barangkali sebagian berpendapat lebih jauh lagi dengan meminta penguasa memusuhi mereka dan lain sebagainya.
Berangkat dari sini, saya memberanikan diri untuk menulis lembaran-lembaran ini meskipun harus melewati kesulitan yang berat, karena saya tak pernah sekalipun menginginkan mengambil sikap membantah atau menentang syaikh Nashirudin, namun kebenaran yang diajarkan oleh Dien kami menyatakan kebenaran lebih kami cintai melebihi para ulama dan masayikh kami serta seluruh umat manusia.
Dalam kesempatan ini saya ingin menerangkan bahwa ketika kami berbeda pendapat dengan syaikh dalam sebagian persoalan ilmiah, kami berlepas diri kepada Allah Ta’ala dari orang-orang yang memusuhi syaikh dan membenci beliau disebabkan beliau berpegang teguh dengan As Sunah dan membela aqidah yang benar. Kami memohon kepada Allah semoga perbedaan kami dengan beliau tetap berada dalam koridor ahlu sunah wal jama’ahahlul haq wal ‘adl, mereka adalah orang-orang yang berjalan di atas jalan Rasulullah dan para shahabatnya. Semoga Allah tidak menjadikan dalam hati kami kebencian kepada orang-orang mukmin. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang. Dan sebagai penutup dari pembicaraan kami, “Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.”
Abu Isra’ Al Asyuthi

Minggu, 18 Agustus 2013

Kaum Muslimin Poso: “Aku Tertindas Di Negara Mayoritas”


Kaum Muslimin Poso: “Aku Tertindas Di Negara Mayoritas”
Mushab untuk Al-Mustaqbal.net
POSO, INDONESIA – Jangan pernah tanyakan lagi ,”mengapa Umat Islam yang disebut teroris?”. Pertanyaan itu sudah tidak perlu diulangi lagi. Karena  pemerintah negeri ini pun memutar otaknya untuk mencari seribu alasan agar tindakan mereka di Poso tidak terkesan memerangi Islam.
Ketika kita tanyakan kepada Dunia Internasional,”negara mana yang mayoritas Islam terbesar di dunia?”, negara-negara di Dunia itu pasti mengatakan,”Indonesia”. Namun, ternyata kaum muslimin Indonesia menjadi kaum yang terlihat minoritas ditengah julukan mayoritas.
Ternyata sandang mayoritas tidak menjamin kaum muslimin merasa benar-benar menjadi seorang Muslim yang bebas menjalankan perintah agamanya, yang dengan leluasa menjalankan perintah tuhannya, yang dengan aman menjalankan isi kitab sucinya. Bisa kita bayangkan bagaimana jika kaum muslimin Indonesia itu minoritas?
Keadaan yang mayoritas hanya dimanfaatkan oleh para Munafiqin untuk menggiring kaum Muslimin ke lembah kesyirikan Demokrasi. Lalu mereka mengatakan,”demokrasi itu final, tidak ada sistem yang lebih baik dibanding sistem Demokrasi.” Sungguh ini perkataan kesyirikan, namun dengan bangga mereka masih mengaku Islam.
Ketika Umat Islam dibodohi dengan proyek “pemberantasan terorisme”  dimana Densus 88 mengejar terduga “teroris” dengan beringasnya, mereka cari walaupun sampai ke “lubang semut”. Namun ketika ada kasus korupsi,  ibarat mencari gajah yang tidak terlihat di depan mata. Sungguh ini permainan yang licik ketika kita lengah memperhatikannya.
Kita lihat saudara-saudara kita di Poso dan masih belum hilang dari ingatan kita bahwa ketika Kepolisian RI memasukkan orang-orang luar non-Poso untuk membantai Ummat Islam di Poso atas arahan Orang Kristen, dimana mereka masih sangat memiliki trauma yang mendalam atas Tragedi Pembantaian Ummat Islam oleh orang-orang kristen di Pondok Pesantren Wali Songo, Kilo 9, Buyung Katedo, dan di kota lain. Dan itu terjadi pada Malam Lebaran 2006, 11 Januari 2007 dan 22 Januari 2007.
Lalu kemana pemerintah negeri ini? Mengapa mereka menutup mata? Atau apakah mereka itu orang zindik yang mengaku Islam namun pada dasarnya mereka membenci Islam?
Dan belum lama ini di hari Sabtu (03/11/12), kejadian pembantaian itu terulang kembali, maka dengan berbondong-bondong Seluruh Kaum Muslimin di Poso Kota dan sekitarnya bahu-membahu memberikan perlawanan dan pembelaan terhadap saudaranya yang telah dibantai hari ini, dan memang terbukti di lapangan bahwa mereka yang turun di jalan-jalan dan memberikan perlawan kepada Kepolisian itu tidak hanya mereka yang sering orang mengatainya sebagai “Teroris” saja, tapi juga masyarakat pada umumnya, para pemabuk, preman-preman pasar, anak-anak sekolah, ibu-ibu, hingga anak-anak kecil.
Melihat Poso ibarat kita melihat Gaza di Palestina, dimana masyarakat ikut berperang sampai anak kecil pun mereka berlatih perang-perangan dan mengatakan,”cita-citaku ingin jadi teroris.” Begitu pun Ibu-ibu yang tidak mau ketinggalan amal jihad ini, mereka mempersiapkan logistik untuk masyarakat yang melawan kepolisian.
Wahai Umat Islam, Bukalah Mata Kalian Dan Sambut Akhir Zaman Yang Penuh Fitnah Ini
Jika memang sandang “teroris” itu hanya ditujukan kepada Umat Islam saja, maka jangan menangis dan jangan pula bersedih hati. Sambut masa depan Islam dengan tegar diatas Tauhid. Katakan kepada mereka yang membencimu,”cukup Allah yang menjadi penolongku, walaupun kalian berkumpul untuk membunuhku”
Hapus air mata kalian dan jangan terlihat cengeng di hadapan orang-orang Munafik itu. Kalian adalah sebaik-baik Umat yang telah Allah pilih, maka tersenyum lah. Sungguh pertolongan Allah telah dekat. Darah kaum muslimin Poso adalah darah kalian, anak-anak mereka adalah anak-anak kalian, ketika kalian tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka, maka do’akan mereka dengan hati yang tulus agar Allah menurunkan pertolongan-Nya.
Dan ingatlah pesan Rosululloh Sholallohu Alaihi wa Sallam dalam sebuah Hadits, dari Tsauban r.a. Maula (mantan hamba sahaya) Rasulullah Saw, dari Rasulullah Saw. Hadits itu berbunyi sebagai berikut:
“Dari Tsauban ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan makanan di atas nampan”. Kemudian ada sahabat yang bertanya: “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit [sehingga bisa mengalami kondisi seperti itu]?”. Rasulullah Saw menjawab: “Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih di atas air bah [yang dengan mudah dihanyutkan ke sana ke mari]. Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.” Ada sahabat yang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah Saw, apakah wahn itu?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (Sunan Abi Daud, juz 4, hal. 111, hadits no. 4297. Musnad Ahmad, juz 5, hal. 278, no. 22450)

Kisah Nyata Pengasuh Ponpes Wali Songo Poso Yang Selamat Diikat dan Disiksa, Lolos Lewat Sungai




Kasus pertikaian di Poso tidak hanya membawa korban dan kerugian materil, tapi juga menjadi beban masyarakat lain yang tidak berdosa. Berikut cerita yang disajikan dalam gaya bertutur dari dua pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo, Ilham (23) yang selamat dari penyanderaan, setelah Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Songo dibumi hanguskan.
PADA saat itu hari Kamis (1/6) kami masih berada di hutan bersama adik-adik (santri, red) yang lain. Setelah ditangkap, mereka memisahkan kami. Perempuan jalan terus, sedangkan kami disuruh tetap tinggal di hutan.Setelah adik-adik santri dan ibu-ibu pergi, kami semua disuruh buka baju. Tangan kami diikat satu per satu. Jumlah kami saat itu ada 28 orang, menurut hitungan mereka (penyandera, red). Terdiri dari enam orang dari pesantren dan penduduk biasa. Setelah diikat dengan tali nilon, kabel atau sabut kelapa, kami digandeng tiap lima orang. Saya sendiri diikat tiga ikatan. Kami digiring jalan melewati hutan, tembus di suatu desa Lembomao. Di sana kami berhenti sebentar. Mereka kayaknya memanggil pemimpinnya. Saat itu juga pemimpinnya keluar dan memerintahkan anggotanya untuk membawa.
Kami digiring lagi berjalan melewati jembatan gantung tembus di desa Ranononcu, terus dibawa ke Baruga. Di sana kami disiksa dalam keadaan berdiri, berbanjar membuat dua barisan. Setelah itu tangan kami ditambah ikatannya. Saya sendiri diikat dengan tali sabut kelapa kemudian ditambah dengan tali nilon warna biru, kemudian diikat dengan kabel.
Setelah itu kami disiksa dengan begitu sadis. Badan kami diiris-iris, ditendang, dipukul, pokoknya sudah segala macam penyiksaan, ada yang dipukul dengan gagang pedang, ada yang dengan popor senjata. Saya sudah tidak tahu lagi dengan alat apa semua yang mereka gunakan memukul kami.
Setelah disiksa mereka mengeluarkan pertanyaan kepada kami. pertanyaan pertama. Siapa yang tahu mengaji? Pertanyaan kedua siapa guru mengaji? Dan yang ketiga, siapa yang pernah naik mimbar, dan pertanyaan keempat, siapa yang imam. Pada saat itu, kami tidak ada yang mengaku.
Setelah disiksa, badan-badan kami diiris dan setelah ditaruh tanah, disiram air panas. Sekitar kurang lebih dua jam kami disiksa di tempat itu, kami dinaikkan ke mobil. Mereka tujukan ke arah atas. Menurut pengamatan kami saat itu ke arah Desa Togolu. Sampai di situ mereka giring ke pinggir kuala Poso.
Sampai di pinggiran kuala kami disuruh turun. Saya sendiri loncat dari mobil tersebut. Saya melihat teman saya sudah dibacok satu orang. Dan saat itu, saya langsung mengambil keputusan, berlari menuju kuala tersebut yang jaraknya kurang lebih 10 meter.
Sebelum kami turun dari mobil, mereka sudah berdiri untuk menjaga kami di pinggir kuala tersebut. Yang anehnya bagi saya. Mungkin sudah gerakan Allah, pada saat saya lari di antara mereka tidak ada yang bergerak.
Sekitar satu meter lagi dari pinggiran kuala, saya sudah terjun. Dan tiba-tiba ikatan yang mengikat tangan saya terlepas. Setelah saya terjun ke kuala baru mereka mengambil gerakan. Ada yang menembak, tapi alhamdulillah -saya berenang, muncul lagi untuk mengambil nafas sedikit, mereka menembak lagi. Menyelam lagi saya, sampai waktunya sekitar satu menit, baru saya sampai ke seberang kuala, dalam kondisi badan saya yang sudah teriris-iris.
Setelah saya sampai, saya langsung naik ke daratan. Lari ke hutan. Saya perkirakan dan melihat mereka tidak kelihatan lagi, saya balik ke kuala . Saya masuk melebur kembali mencari tempat yang aman – mendapatkan pinggir kuala, ada rumput yang menutup. Saya masuk di semak-semak rumput tersebut. Badan saya setengah dalam air, setengah di atas.
Dan saat itu mereka mengadakan pencarian pada saya. Mereka lewat, saya lihat mereka. Tetapi mereka tidak melihat saya. Pada saat itu waktunya, saya perkirakan jam 04.00 sore. Sekitar dua jam saya merendam di kuala, untuk menunggu waktu malam.
Setelah malam, saya naik ke darat untuk mengambil alat renang. Saya cabut pohon pisang. Setelah saya cabut, saya langsung buang ke kuala, saya gunakan untuk membantu berenang.
Baru sekitar 10 meter saya berenang, mereka sudah hadang di depan dengan senternya yang begitu terang. Saya melihat senter mereka itu seperti senter mobil. Jadi tidak mungkin pakai baterei, mungkin sudah memakai accu (aki, red) atau alat canggih lain.
Pada saat itu saya lepaskan pohon pisang yang saya pakai. Saya menyeberang kembali, mendekati kembali pinggiran kuala tersebut. Setelah itu tiba-tiba saya lihat ada tiga orang yang lewat kuala. Mungkin teman-teman saya, yang masih ada di hutan, yang belum tertangkap pada saat itu. Dan alhamdulillah, tiga orang lewat itu lolos.
Kemudian lewat lagi tiga orang naik perahu, dan ini kelihatan oleh pengejar. Mereka langsung mengejar dengan perahu pula. Dua yang lolos pada saat itu. Satu orang tertangkap. Dia berteriak-teriak “Saya tidak salah”. Kedengarannya mereka menyiksa. Dan pada saat itu tiba-tiba terdengar suara letusan. Dan teriakan itu langsung lenyap.
Setelah itu, saya berpikir, berarti saya ini akan tertangkap juga kalau saya teruskan untuk berenang. Saya ke darat dan duduk berdoa. Ya Allah turunkan lah hujan, ya Allah. Supaya mereka menghindar dari pinggiran kuala tersebut.
Dalam kurun waktu kurang lebih setengah jam, yang awalnya bintang-bintang lengkap di langit. Tiba-tiba gelap dan langsung turun hujan. Setelah hujan turun, saya berlari ke atas sekitar 20 meter. Kemudian saya masuk lagi ke dalam kuala, dan saya lanjutkan berenang.
Dalam jarak 10 meter lagi saya berenang ke bawah, ada lagi mereka yang menghadang di depan. Saya naik lagi ke daratan. Duduk saya di daratan berkisar kurang lebih satu jam. Badan saya kayaknya sudah tak mampu lagi digerakkan, dengan merasakan luka, kedinginan. Rasanya badan saya sudah tidak bisa lagi bergerak.
Pada saat itu, saya berpikir. Kalau siang di sini, saya sembunyi dimana lagi. Setelah pemikiran itu muncul kepasrahan, saya berdoa: bismillahi tawaqqaltu alallahi la haula wala quwata illah billah. Saya berdiri, lalu mencari alat bantu renang lagi. Alhamdulillah, saya ketemukan satu biji kelapa kering. Saya bawa kembali ke kuala.
Setelah saya masuk, melebur kembali ke kuala, rasanya badan ini sudah kuat kembali. Tangan dan kaki saya, yang semula sudah tidak mampu digerakkan, setelah saya melebur ke kuala, badan saya terasa pulih kembali. Kayaknya tidak ada luka yang melekat.
Setelah itu saya berenang sampai melewati pinggir kuala tersebut. Setiap pinggiran kuala tetap juga mereka jaga. Tetapi sudah tidak terlalu ketat. Karena hujan turun terus.
Saya temukan jembatan yang saya lewati pertama pada saat kami menuju di desa Ranononcu itu. Mereka berjaga di jembatan itu, alhamdulillah saya masih sempat lolos. Kemudian terus lagi, menemukan lagi jembatan satu. Yang pertama jembatan gantung Ranononcu dan yang kedua jembatan gantung Lembomawo.
Setelah itu, saya terus lanjutkan berenang. Dan apabila mereka mencari, menyenter dari sebelah, saya menghindar, menyeberang ke sebelah. Jadi, saya memotong-motong kuala Poso itu, yang jaraknya, yang disebut orang sering ambil korban manusia, ada buaya kayaknya sudah tidak lagi saya pikirkan.
Setelah itu, saya tiba di jembatan II Poso, yang direncanakan untuk dijadikan “kriminal dua”. Setelah mendekati jembatan tersebut, saya melihat pancaran cahaya. Lampu mereka begitu terang. Mereka memakai lampu sorot. Mereka pancarkan ke kuala tersebut. Kualanya terang sekali. Jadi apapun yang lewat, kayu sepenggal pun yang lewat, kelihatan dalam kuala tersebut. Tetap saya terus dan berhenti di jembatan tersebut.
Saya berhenti di bawah jembatan dan berdiri serta duduk bergantian sambil berpikir, bagaimana caranya bisa lolos. Sedangkan kuala ini terang sekali. Berpikir saya di situ sekitar satu jam. Bagaimana caranya, tidak ada hasil. Kayaknya, secara jernih saya tidak mampu lagi untuk berpikir, bagaimana caranya untuk lolos.
Setelah itu, saya terpikir dalam satu firman “Jangan takut Allah bersama kita”. Saya membaca doa bismillahi tawaqqaltu alallahi la haula wala quwata illah billah. Segala daya dan kekuatan saya serahkan kepada Allah sepenuhnya. Muncul keyakinan saya pada saat itu, saya langsung meloncat berenang ke kuala.
Setelah saya mendekati lampu tersebut, tiba-tiba lampunya langsung mati. Saya berpikir jangan-jangan saya dijebak, dengan sengaja mematikan senter, agar saya terus berenang.
Dan setelah melewati tempat terang tersebut baru lampunya menyala. Tidak tahu mengapa lampu mereka mati. Berarti mereka sebenarnya bukan menjebak saya. Tetapi memang benar lampunya mati pada saat itu. Mungkin sudah digariskan oleh Allah.
Sudah memberikan pertolongan pada saat itu kepada saya.
Sebagai manusia biasa, yang sudah luka parah, muka saya sudah hancur dipukul, mungkin tidak bisa melanjutkan perjalanan. Tapi kekuatan yang ada, saya melanjutkan berenang melewati jembatan dan tiba-tiba saya mendegar suara azan. Berarti menandakan waktu subuh atau pagi telah tiba. Saya makin cepat berenang sebelum terang, karena kalau sudah siang mereka akan temukan saya.
Sekitar pukul 6 pagi saya mendengar suara pengumuman yang menyebutkan nama kompi. Saya berpikir bahwa itu adalah asrama tentara dan langsung mendekati. Di dekat lokasi asrama saya melihat seorang pemuda dan saya tanyakan asalnya. Saya juga tanya mengapa ada disini dan pemuda itu mengatakan dirinya pengungsi. Saya tanya lagi agamamu apa, dan dia menjawab agama Islam. Disaat dia menjawab Islam, saya langsung mengatakan tolong, dan dia pun langsung menolong saya membawa ke asrama kompi dan dirawat. Pada saat disiksa, saya melihat seorang aparat tentara yang juga saya sudah pernah lihat sebelumnya. Waktu di kompi saya juga melihat tentara itu, kami sempat berpapasan mata kemudian tentara itu langsung pergi. Saya periksa di semua ruangan tentara itu tidak ada. Saya yakin dia adalah tentara yang saya lihat ketika saya disiksa. (ud/jpnn)
Source : Riau Pos Rabu, 14 Juni 2000
Date: Wed, 28 Jun 2000 12:43:30 +0200
From: fajar rahmat hidayat

Siapakah Abu Firas Mujahidin Berhati Mulia?

 MUNGKIN kematian hampir saja membayangi diri seorang kakek dari Syiah Alawiyah ketika mengetahui Mujahidin Sunni menangkap dirinya di Desa Astarba, Latakia, Suriah. Gurat cemas langsung memancar dari wajahnya ketika tahu dia sedang bersama Mujahidin Sunni.

Namun apa yang dilakukan Abu Firas seorang Mujahidin Sunni jauh di luar perkiraannya. Tidak ada penindasan, siksaan fisik, maupun kematian. Abu Firas justru tersenyum kepada sang kakek dan memberinya makanan dan tempat perlindungan. Jauh dengan apa yang dialami ketika warga Ahlussunah menjadi tawanan tentara Syiah Bashar Assad.
“Jangan takut kami tidak akan membunuh kamu, karena Nabi kami Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menerangkan dalam agama kami jika di dalam peperangan janganlah membunuh orang tua, perempuan atau memotong pepohonan. Ini adalah ajaran agama kami,” tandas Abu Firas.

Lantas siapakah Abu Firas, mujahidin berakhlak mulia tersebut? Sekjen Hilal Ahmar Society Indonesia, Angga Dimas Persada, yang pernah menginap satu bulan di kediaman Abu Firas selama di Suriah, menjelaskan lebih jauh sosok Abu Firas. Berikut testimoninya kepada Islampos.com, Ahad (11/8).

Abu Firas adalah orang yang pendiam tidak banyak bicara. Orang tidak akan banyak mengira bahwa Abu Firas adalah seorang komandan karena badan kecil, namun keberaniannya termasuk diacungi jempol oleh banayk mujahidin di kawasan Jabal Akrod.

Abu Firas yang saya kenal adalah seorang yang tawadhu’ tidak banyak bicara dan lebih suka mendengar,
hatta ketika anak-anak kecil berbicara beliau selalu mendengarnya. Hampir satu bulan saya menetap satu rumah dengan Abu Firas pada ramadhan tahun lalu, kami sahur dan berbuka bersama, hanya sesekali beliau absen karen harus terjun ke front.

Suatu ketika baru saja kami berbuka, tiba-tiba datang mujahid muda melaporkan kesulitan mereka mengevakuasi jenazah mujahidin karena dihujani tembakan terus-menerus oleh tentara rezim. Seketika itu Abu Firas menghentikan santapan berbukanya dan langsung ke lokasi. Problem itu akhirnya teratasi, Abu Firas memiliki kharisma tersendiri dimana para mujahidin muda seperti mendapat semangat baru jika Abu Firas ikut terjun ke front.

Selain itu Abu Firas juga memiliki hati yang lembut dan mudah meneteskan air mata. Suatu ketika beliau mengimami kami sholat shubuh. Beliau membaca ayat tentang jannah dan adzab. Seketika langsung menangis tersedu-sedu. Demikian pula ketika kami berpamitan untuk kembali ke Indonesia, beliau menangis melepas kami sambil berkata, “Jika kita tidak berjumpa lagi di dunia, kita akan berjumpa di akhirat.”

Abu Firas juga banyak memahami ilmu dien, dalam satu perbincangan beliau membahas hadits-hadits akhir zaman hingga ke persoalan qira’ah Al Quran, di situ pula kami baru tahu ternyata beliau hafal Al Quran 25 juz lebih. Alhamdulillah, saat tugas kedua ke Suriah, saya berkesempatan bersilaturrahim ke rumah beliau yang juga pernah terlibat jihad di Iraq. Saya dijamu untuk makan bersama beliau dan berfoto bersama beliau.

[Pz/Islampos]

MUSHAF AL QURAN DAN MOBIL FORD

 Seorang pemuda sebentar lagi akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi sarjana.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya.
Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,… bukan sebuah kunci ! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? ” Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat
mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya.
Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelak terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini”
Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya,…. sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.

Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati.

(Chicken Soup for muslim, safa press)

Sahabat Nabi Abdurrahman bin Auf, Manusia Bertangan Emas

 Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih hidup.
Pada masa Jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam.

Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Namun ia tetap sabar dan tabah. Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraiys.

Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi Al-Anshari.

Sa’ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah, ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, “Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!”

Sa’ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, “Saya ingin menikah, ya Rasulullah,” katanya.

“Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?” tanya Rasul SAW.

“Emas seberat biji kurma,” jawabnya.

Rasulullah bersabda, “Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu.”

Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki ‘Sahabat Bertangan Emas’.

Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin Ka’ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu
Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.

Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, “Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya.”

Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, “Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?”

“Ya,” jawabnya. “Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan.”

“Berapa?” tanya Rasulullah.

“Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.”

Pasukan Muslimin berangkat ke Tabuk. Dalam kesempatan inilah Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun. Ketika waktu shalat tiba, Rasulullah terlambat datang. Maka Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat berjamaah. Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu shalat di belakangnya dan mengikuti sebagai makmum. Sungguh tak ada yang lebih mulia dan utama daripada menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yaitu Muhammad SAW.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian.

Suatu ketika Abdurrahman bin Auf membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah ra disampaikan kepadanya, ia bertanya, “Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?”

“Abdurrahman bin Auf,” jawab si petugas.

Aisyah berkata, “Rasulullah pernah bersabda, ‘Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar.”

Begitulah, doa Rasulullah bagi Abdurrahman bin Auf terkabulkan. Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju. Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Walau termasuk konglomerat terbesar pada masanya, namun itu tidak memengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa.

Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan limpahan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya. Ketika meninggal dunia, jenazahnya diiringi oleh para sahabat mulia seperti Sa’ad bin Abi Waqqash dan yang lain. Dalam kata sambutannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu.” Amin.

Samih El Adawi. Pesepakbola muda Mesir Korban Pembantaian Biada militer mesir



Pembantaian ribuan rakyat sipil oleh militer Mesir menyebabkan banyak tokoh tewas. Selain rakyat biasa banyak pula ulama, politisi, bahkan olahragawan menjadi korban kebiadaban As Sisi dan mesin perangnya.

Salah satu olahragawan yang tewas dalam pembantaian tersebut adalah pesepakbola andalan negeri piramid, Samih El Adawi. Pesepakbola muda Mesir ini turut serta dalam aksi  menentang kudeta militer.

Ketika aksi damai tersebut dijawab dengan pengerahan mesin perang, Samih ikut menjadi korban peluru tajam militer Mesir.

Samih, yang merupakan striker muda masa depan Mesir. Ia merupakan pemain andalan klub divisi dua Liga Mesir, Kahrabaa Ismailia.

Sebelum membela Kahraba Ismailia di musim 2011 – 2013, Samih yang bisa bermain di posisi penyerang dan  sayap kanan ini adalah bagian dari klub Quanah pada tahun 2010.

Dengan syahid nya Samih El Adawi, semakin banyak tokoh dari berbagai entitas di Mesir yang turut menjadi korban kebrutalan Militer Mesir. Sebelumnya salah satu tokoh Al – Azhar, Syaikh Uwais, ulama ahli tafsir juga turut syahid saat ikut aksi Mesir.

Banyaknya rakyat yang menjadi korban menjadi bukti nyata bahwa aksi pembantaian yang dilakukan junta militer mesir merupakan aksi membabi buta, siapapun yang berada dilokasi demonstrasi akan menjadi sasaran peluru-peluru tajam mereka. (sbb/tjk)

PROVOKASI DAN REKAYASA DUSTA MEDIA MESIR



Media Mesir kembali terbukti melakukan rekayasa berita. Pada hari Kamis, 15 Agustus 2013, situs Al-Wafd (www.alwafd.org) memberitakan bahwa Jamaah Salafiyah Jihadiyah di Mesir menyerukan aksi-aksi anarkis untuk menegakkan khilafah. Dalam berita tersebut dipampangkan sebuah foto yang di dalamnya terlihat seseorang berkhutbah yang dikelilingi lima orang memegang senjata, di antaranya memakai masker.

Namun diketahui bahwa foto tersebut pernah ditampilkan dalam media lain, yaitu Ar-Riyadh (www.Alriyadh.net) yang bertanggal 15 Agustus 2009. Berita tersebut berjudul “Hamas mengumumkan terbunuhnya salah seorang pimpinan Jama’ah Jundu Ansharillah.

Demikianlah kebohongan media Mesir yang disengaja untuk memprovokasi rakyat Mesir, menampilkan bahwa orang-orang yang mendukung kembalinya Presiden Mursi akan melakukan aksi anarkis untuk mencapai tujuannya.

Kejahatan media ini adalah rentetan usaha untuk menuduh demonstran, khususnya Ikhwanul Muslimin dengan tuduhan terorisme. Jika tuduhan itu berhasil diterima opini publik Mesir dan dunia, maka pemerintah kudeta akan mendapatkan legitimasi untuk memberangus partai FJP dan organisasi Ikhwanul Muslimin.

Setelah terungkap kebohongan media ini, untuk menutup malu, situs Al-Wafd menuliskan di bawah foto (foto dokumentasi).(dakwatuna)

Olahraga Juga Bisa Jadi Ibadah

Pola hidup di zaman modern ini kurang baik untuk kesehatan mulai dair makanan junk food dan siap saji yang identik dengan pengawet dan pemanis buatan, kemudian tekanan dan stresor kerja yang menuntut kerja keras, lembur, cepat dan dinamis. Kemudian pola pikir yang menuntut harus berhasil, hasil yang cepat dan mudah putus asa.

Beberapa faktor tersebut menggeser panyakit akibat degeneratif dan penuaan menjadi penyakit akibat pola hidup seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kanker ganas sampai penyakit aneh yang belum pernah ada sebelumnya.
Jadi, Olahraga bagi masyarakat di zaman modern cukup penting, karena olahraga seperti sudah kita ketahui bersama sangat banyak manfaatnya, dari melancarkan peredaran darah, menguatkan fungsi organ utama terutama jantung dan paru-paru, serta saat berolahraga kita mengeluarkan hormon endorphin, yaitu hormon antistress.

Menjaga kesehatan adalah anjuran agama

Dan menjaga kesehatan agar menjadi mukmin yang kuat fisik dan imannya adalah anjuran agama Islam.

عن رفاعة بن رافع قَالَ : (( قَامَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ بَكَى فَقَالَ : قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الأَوَّلِ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ بَكَى فَقَالَ : “اسْأَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنْ الْعَافِيَةِ” ))

Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq berdiri di atas mimbar lalu menangis. Kemudian ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun pertama hijrah berdiri di atas mimbar, lalu menangis, dan bersabda: “Hendaklah kalian memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan/kesehatan. Setelah dikaruniai keyakinan (iman), sesungguhnya seorang hamba tidak diberi karunia yang lebih baik daripada keselamatan/kesehatan.”[1]

Yang dimaksud dengan [الْعَافِيَةِ] “afiyah” adalah keselamatan dunia-akhirat, keselamatan dunia yaitu selamat dari penyakit dengan kata lain adalah kesehatan.

Olahraganya orang desa dan ulama

Sebaiknya Jangan kita beralasan dengan orang desa yang jarang berolahraga, tetapi aktifitas mereka sudah berolaharaga, seperti berkuda, mengangkat barang dan aktifitas keseharian yang tidak dimanja dengan remote control atau kendaraan mewah.

Begitu juga jangan beralasan dengan ulama atau para ustadz yang sibuk berdakwah sehingga kesannya tidak sempat berolahraga. Tapi ternyata ada juga ulama dan ustadz yang hobi berolahraga. Akan tetapi mereka yang dekat dengan rabb-nya, menjaga kesehatan dengan sebab syar’i yaitu mereka umumnya bisa lebih menjaga tubuh mereka dari maksiat maka Allah menjaga tubuh mereka dari penyakit dan kelemahan. Sebagaimana hadist,

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.”

Maka salah satu bentuk penjagaan Allah, jika kita menjaga diri dari maksiat kepada-Nya adalah penjagaan kesehatan.


Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata menjelaskan hadist ini,

كان بعض العلماء قد جاوز المائة سنة وهو ممتع بقوته وعقله، فوثب يوما وثبة شديدة، فعوتب في ذلك، فقال: هذه جوارح حفظناها عن المعاصي في الصغر، فحفظها الله علينا في الكبر. وعكس هذا أن بعض السلف رأى شيخا يسأل الناس فقال: إن هذا ضعيف ضيع الله في صغره، فضيعه الله في كبره


“Sebagian ulama
ada yang sudah berusia di atas 100 tahun. Namun ketika itu, mereka masih diberi kekuatan dan kecerdasan. Ada seorang ulama yang pernah melompat dengan lompatan yang sangat jauh. Kemudian ia diperingati dengan lembut. maka Ulama tersebut mengatakan,

 “Anggota badan ini selalu aku jaga dari berbuat maksiat ketika aku muda. maka, Allah menjaga anggota badanku ketika waktu tuaku.”

Namun sebaliknya, ada yang melihat seorang sudah jompo/ dan biasa mengemis pada manusia. Maka ia berkata,

“Ini adalah orang lemah yang selalu melalaikan hak Allah di waktu mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di waktu tuanya.”

Pola olahraga yang benar dan yang salah

Olahraga sebaiknya dilakukan dengan rutin dan teratur. Teori idealnya olahraga 3-4 kali seminggu selama 30 menit. Namun ini bukan sesuatu yang mutlak, yang bagus adalah yang teratur dan istiqamah. Sebagaimana jika beramal juga harus istiqamah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang terus-menerus [istiqomah] walaupun itu sedikit.”

Dan pola yang salah adalah misalnya olahraga hari ini, tiga hari kemudian olahraga, kemudian 2 minggu lagi olaharaga kemudian satu bulan lagi olahraga dan tiga hari lagi olahraga. Artinya tidak teratur waktunya. Ini kurang baik bagi tubuh.

Cukupkah “olahraga” di rumah bersama istri?

Olahraga ini teorinya memang cukup menghabiskan energi, terutama jika mencapai puncaknya. Katanya, sama dengan bermain tenis meja ganda satu set. Akan tetapi “olahraga” ini cukup berbeda dengan olahraga yang asli. Karena tidak semua anggota tubuh bergerak sempurna seperti berlari, kemudian belum tentu mencapai puncak karena berbagai faktor, kemudian bagi yang sudah mempunyai anak, dua misalnya, maka agak susah dilakukan dengan bebas.

Malas berolahraga?

Memang pola hidup yang kurang baik tidak akan terasa dampaknya ketika masih muda, akan tetapi dampak pola hidup tersebut baru terasa mulai menginjak usia tua. Bisa berupa kelemahan atau penyakit. Sehingga membuat orang semakin agak malas berolahraga. Mungkin dengan sering-sering membaca doa ini, Insya Allah akan bermanfaat, sesuai dengan pembahasan kita,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).”

Olahraga bisa menjadi ibadah

Tidak hanya olahraga pada hakikatnya semua yang kita lakukan bisa menjadi ibadah, bahkan hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah dengan niat yang baik. Sebagaimana kaidah,

الوسائل لها أحكام المقاصد

“wasilah/sarana sesuai dengan hukum tujuannya”

Dan memang ibadahlah tujuan kita hidup di dunia, sebagaimana Firman Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin & manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Adz Dzaariyaat: 56)

Demikian semoga bermanfaat

Rabu, 14 Agustus 2013

Akhir Zaman, Ketika Terjadi Perselisihan Umat, Maka Peganglah Fatwa Ahlu-ts-Tsughur

Sufyan bin Uyainah salah seorang Ulama salaf berkata : Jika di akhir zaman nanti kalian mendapati perselisihan di antara umat, maka wajib bagi kalian memegang fatwa Ulama Ahluts Tsughur.

Apa yang dimaksud dengan Ahluts Tsughur?

Ahluts Tsughur adalah Ahlul Jihad, para ulama yang berada di front-front jihad…
Atsar ini berasal dari para Tabiin ,
ketika  Sufyan ibnu `Uyainah berkata kepada Ibnul Mubarak:

Kalau engkau melihat manusia telah berselisih hendaklah engkau bersama mujahidin dan ahluts tsughur karena sesungguhnya Allah telah berfirman: ” Benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka (jalan-jalan mereka).”  (Tafsir Al-Jami li Ahkamil Quran, 13/365)

-Abdullah Azzam-

Kisah Nyata Di India, Mata Mereka Buta Setelah Merobohkan Masjid Barbari

 Syaikh Abdullh Syyid Abdurrahman ar-Rifa’i menceritakan:
Tabloid Anshari Expres yang terbit setiap Ahad di Hindia menyebutkan bahwa ada sekelompok orang-orang Hindustan yang sangat fanatik, yang sudah sekian lama ingin menyerang Islam, mereka merobohkan sebuah Masjid Barbari pada tanggal 6 December 1992. Tabloid itu mengabarkan bahwa kurang lebih 40 orang Hindustan yang bersekongkol merobohkan masjid itu langsung buta, yang para dokter sudah angkat tangan, tidak mampu
menyembuhkan kebutaan mereka itu. Orang-orang yang mendapat musibah buta mata maupun yang lainnya, yang ikut serta dalam usaha merobohkan Masjid Barbari itu sekarang hidup dalam kesengsaraan. Mereka mendapat bantuan dari perserikatan kelompok Hindustan.
Ada salah seorang ikhwan yang saya temui ketika saya melakukan penyelidikan dalam peristiwa mengenaskan itu, dia berkata, “Seluruh warga yang ikut serta dalam perbuatan yang sangat gegabah itu (merobohkan masjid) ditimpa kebutaan atau lumpuh badan.”
Sesungguhnya musibah dalam peristiwa ini maupun musibah-musibah lainnya yang dtimpakan Allah pada para pelaku dosa adalah bukti nyata
bahwasanya Allah Ta’ala senantiasa menolong agama Islam ini, dan Dia membela orang-orang yang beriman.
Sekalipun musuh-musuh Islam berusaha menghancurkan agama Islam dan kaum Muslimin dengan segala cara, tetapi Allah telah berjanji akan senantiasa memuliakan dan meninggikan agama-Nya serta menolong dan membelanya walaupun orang-orang kafir membencinya. Allah Ta’ala berfirman,
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka nenentang Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah, maka sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 4)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Seungguhnya Allah benar-benar menangguhkan siksaan  atas orang-orang  dzalim sehingga jika Dia telah menyiksanya, maka tidak ada yang terlewat sedikit pun.” Kemudian, beliau membaca Surat Hud: 102, ‘Dan begitulah adzab Tuhanmu, apa bila Ia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim)
Dikutip dari Buku Bila Amal Dibayar Kontan, Syaikh Abdullh Syyid Abdurrahman ar-Rifa’i, Penerbit Darul Falah

Apakah Iran adalah Anak Buah Yahudi?

Saya melihat ada dua ciri karakteristik kelompok/orang yang masuk ke lingkaran Syiah. Pertama mereka yang sebenarnya masih awam tentang Syiah. Golongan ini pada dasarnya tidak begitu mengenali bagaimana seluk beluk Syiah selama ini. Dari mulai pelecehan Syiah terhadap para sahabat, kecuali Ali. Sikap Syiah terhadap Ahlus Sunnah. Doktrin Imamah Syiah (yang berimplikasi pada Ushul Fiqh), sampai praktek taqiyah milik Syiah untuk menutupi ajaran mereka selama ini.

Kedua. Pengikut Syiah yang benar-benar ideologis. Mereka mengikuti hakikat ajaran Syiah sepenuhnya. Seperti konsep Imamah, Taqiyah, Roj’ah, bad’a, dan lain sebagainya. KH. Nabhan Husein, dalam presentasinya di Mesjid Istiqlal tahun 1997, lewat artikel berjudul “Tinjauan Ahlussunah Terhadap Faham Syiah Tentang Al Qur’an dan Hadits” pun merinci setidaknya ada 219 ayat yang di Al Qur’an yang tidak diakui kelompok Syiah.

Pada kasus pertama biasanya mereka yang masuk ke komunitas Syiah salah satunya oleh kekaguman kepada sosok Ahmadinejad. Mereka juga tidak bisa membedakan kasus Revolusi Iran dengan faham aqidah Syiah. Lalu bukan tidak mungkin mereka termakan oleh praktik taqiyah Syiah yang sengaja dimainkan untuk menutup-nutupi hakikat sesungguhnya.

KH Dawam Anwar, dalam presentasinya “Inilah Haqiqat Syiah” saat Seminar Nasional tentang Syiah tahun 1997 di Mesjid Istiqlal, menjelaskan bahwa salah satu sulitnya ajaran Syiah terendus masyarakat awam dikarenakan kitab-kitab yang memuat hakikat Syiah dan Syariat Syiah langka sekali, bahkan bisa dibilang tidak ada.

Kitab-kitab semacam Al Kaafi, Tahdzibuk Ahkam, Al Istibshar, Bihar Al Anwar, Al Waafi dan lain-lain tidak ditemui toko-toko buku pada umumnya. Karena sejak dahulu ulama-ulama Syiah sengaja merahasiakan kitab-kitab semacam itu agar jangan sampai jatuh ke tangan Ahlus Sunah karena akan menjadi senjata makan tuan. Walau pada akhirnya, atas izin Allah, kitab-kitab itupun sampai juga ke tangan ulama Ahlussunah wal Jama’ah.

Hemat saya, elemen pertama inilah yang bisa menjadi lahan dakwah bagi kita untuk mengingatkan kepada mereka tentang kekeliruan faham Syiah. Kita bisa sama-sama menyadarkan untuk tidak terpukau semata-mata karena faktor Ahmadinejad gencar melakukan kritik terhadap Amerika. Karena, hal itu pun juga masih bisa diperdebatkan.

Kalaulah memang Ahmadinejad serius melawan Amerika, sekiranya ia bisa berbuat lebih riil dalam melaksanakannya. Tidak jauh dari Iran, berbatasan langsung dengan teritori Ahmadinejad, yakni Afghanistan dimana puluhan ribu mujahidin bahu membahu mengusir Amerika dan cengkaman Zionis. Namun sampai saat ini belum ada tindakan konkret dari Ahmadinejad untuk membantu Afghan mengusir Amerika.

Yang terjadi justru sebaliknya. Satu contoh saja, kita ketahui bersama hubungan Ahmadinejad dengan Nouri Al Maliki dekat sekali. Padahal Nouri adalah kaki tangan Amerika dan Israel di Irak. Jadi amat wajar jika spekulasi kemudian berkembang: apakah karena Nouri Al Maliki juga oang
Syiah?

Bahkan 18 april lalu, lima belas orang tewas di Ahwaz, Iran oleh pasukan keamanan Iran didukung oleh milisi pakaian sipil. Mereka melakukan serangan terhadap aksi demonstrasi dengan kekerasan yang menuntut hak bagi mayoritas etnis Arab di provinsi Khuzestan Iran yang berpenduduk mayoritas Sunni.

Kalaulah Iran masih menganggap Sunni adalah saudaranya kenapa harus dengan membunuh, bukankah lebih baik senjata itu diarahkan kepada musuh sebenarnya yakni Gedung Putih yang kini bercokol di Irak, Afghan, dan Palestina?

Dan ini semakin menimbulkan kecurigaan kenapa Iran—yang tak lebih besar daripada Iraq yang sudah digempur habis-habisan oleh AS dan sekutu, masih baik-baik saja. Dalam artian, AS tidak pernah melakukan suatu tindakan yang nyata terhadap Iran.

Khurasan dan Iran

Lalu pertanyaan saudara selanjutnya apakah yang dimaksud Khurasan disini adalah salah satu provinsi di Iran? Betul memang ada hadis yang mengatakan demikian. Namun kita ketahui bersama bahwa nama Khurasan minimal berada pada dua negara; pertama di Iran itu sendiri, kedua terletak pada salah satu sudut daerah di India Selatan, tepatnya masuk teritori Desa Babua. Dari sinilah beberapa kalangan sempat menilai bahwa Sai Baba itu adalah Dajjal karena berasal dari Desa Khurasan, India Selatan.

Dalam melihat Khurasan, DR Uman Sulaiman al Asyqar dalam kitabnya al Yaum al Akhir: al Qiyamah ashShughra wa’ Alamat al Qiyamah al kubra, mengacu pada hadis Rasulullah SAW dari An Nuwwas Ibn Sa’man, yang berbunyi “Sesungguhnya ia (Dajjal) muncul di suatu daerah antara Syam dan Iraq. Ia merusak ke kanan dan ke kiri. Hai Para Hamba Allah bersiteguhlah.”

Dalam konteks hadis ini, Syekh Al Bani berkata bahwa menurut Hakim sanad hadis ini shahih, dan disetujui oleh Adz Zahabi. Oleh karena itu DR Umar Sulaiman menilai bahwa Khruasan yang dimaksud adalah Persia. Yang berarti masuk teritori Iran modern.

Hal ini bisa diperkuat dari hadis lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya yang berbunyi. “Pengkuti Dajjal dari Yahudi Isfahan ada tujuh puluh ribu orang. Mereka memakai pakaian gamis” (Musnad Ahmad IV h. 216-217).

Isfahan (Esfahan) sendiri adalah sebuah kota bersejarah di Iran dan terbesar ketiga di Iran. Secara geografis kota ini terletak pada 32°38′ LU 51°29′ BT, di dataran Zayandeh-Rud yang subur, di kaki pegunungan Zagros.

Pada masa lampau Isfahan juga ditulis sebagai Ispahan. Atau dalam bahasa Persia Kuna disebut Aspadana. Dan dalam dialek bahasa Persia Pertengahan disebut Spahān,

Abu Naim dalam kitabnya Lawami’ al Anwar Bahiyyah, seperti dikutip DR. Sulaiman menuturkan bahwa salah satu desa yang masuk dalam daerah Isfahan ada yang bernama al Yahuddiyah karena penduduknya khusus Yahudi sampai zaman Ayyub Ibn Ziyad penguasa Mesir pada zaman Khalifah al Mahdi ibn al Manshur al Abbasi. Pada zaman ini kaum muslim mulai masuk ke desa itu sehingga orang-orang Yahudi terdesak. allahu’alam. – (Rz/eramuslim)

ualan Agama, Kenapa Hanya Partai Islam Yang Tertuduh? Ini Partai Sekuler Lebih Parah!


 Politik memang identik menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tipu sana sini, sikut kanan kiri, menggunting dalam lipatan, mengkhianati kawan seperjuangan, memenjarakan besan bahkan mengorbankan keluarga atau anak sendiri, semua ‘halal’ dalam politik.

Maka tak heran, agama yang seharusnya merupakan hal yang sakral bagi umat manusia juga di jadikan bahan guyonan dan bualan politik, oleh segelintir orang.
Kalau setuju parpol bisa kita bagi 2, yaitu partai sekuler (bukan berbasis agama) dan partai agama. Partai sekuler umumnya menggunakan jargon2 nasionalis, dan sebaliknya partai agama menggunakan jargon dan simbol agama.

Hal yang menarik sejak pemilu 2004, kita makin sulit membedakan mana parpol Agama (Islam) dan mana parpol sekuler. Ini karena parpol sekular telah merubah jargon menjadi partai religius nasionalis NAMUN dengan tetap cita rasa sekuler (aktivisnya suka mabok, selingkuh, narkoba, judi, main perempuan, korupsi, suap menyuap, dll) hingga akhirnya mereka memenangkan pemilu mengalahkan parpol Islam.

Kalau parpol Islam/agama menggunakan jargon dan simbol agama maka itu wajar, BAGAIMANA dengan parpol sekuler?? Bukankah ini namanya pencitraan, penjiplakan, pemalsuan,??

Dalam hal ini saya memberikan beberapa catatan ‘kemunafikan’ partai partai SEKULER yang sudah meniru jejak bunglon, antara lain:

1. Menunggangi AGAMA untuk politik artinya agama cuma tunggangan, simbol agama cuma TOPENG,padahal biasanya anti terhadap nilai agama.

2. Ada partai sekuler yang anti Islam, anti UU zakat, anti UU pornografi, Anti UU Jaminan Produk Halal, kadernya suka jadi BACKING tempat mabok, maksiat dan judi, menjelang pemilu tiba-tiba jadi Islami.

3. Tiba-tiba Cagub partai sekuler PAKE KERUDUNG, pake KOPIAH, anti Jilbab, padahal sebelumnya 
DEMO ANTI diwajibkannya JILBAB pada daerah tertentu.
4. TIBA-tiba mendadak ISLAMI, pergi HAJI, Umroh, menyumbang masjid padahal biasanya anti masjid, TIBA - tiba pakai simbol Islam untuk membohongi kaum muslimin.
5. Tanpa rasa malu, SUDAH KALAH di pilkada gubernur KERUDUNGNYA dicopot, KOPIAH dibuang, balik lagi anti Islam. Ini namanya politisasi agama, ini namanya menjual agama.
6. ADA capres dari partai sekuler ini tiba-TIBA fasih ceramah dan jadi selingan acara TV mendiskreditkan partai Islam (PKS). Ada juga bacawapres lain yang mendadak berpenampilan Islami sambil mengucapkan selamat Idul Fitri…. Agama jadi bualan.
7. Ada juga CAGUB, ALEG (misalnya: Efendi Simbolon dan Ruhut sitompul) yang pandai ngucapin Assalamu alaikum, Alhamdulillah, masyaAllah, Innalillah, dsb, PADAHAL bukan Islam. Saya kira ini penistaan..?
8. Untuk mendekati umat Islam, PDIP membentuk Baitul Muslimin Indonesia, Demokrat membentuk Majelis Dzikir SBY. GERINDRA membentuk GEMIRA - Gerakan Muslim Indonesia Raya, LAZIRA (Lembaga Amil Zakat Indonesia Raya), MAZIA (Majelis Zikir Indonesia Raya), Golkar juga sejak lama membentuk Majelis Dakwah Islamiah (MDI) & Satkar Ulama.

YANG  jadi masalah adalah kenapa Parpol Islam selalu dikatakan MENJUAL agama padahal yang mereka selalu pakai Jilbab, setiap hari sholat, senantiasa TAKBIR, naik haji adalah kewajiban mereka. Yang mereka lakukan hanya Islamisasi politik (meisalnya mengusulkan pembuatan UU zakat, UU pornografi, dan UU Jaminan Produk Halal) dengan merujuk pada ideologi mereka, Islam rahmatan lil alamin.

Kini sudah tahu kan siapa yang menjual agama untuk politik dan siapa menggunakan politik untuk agama??

Kini sudah tahukan siapa ‘penjual’ agama sesungguhnya??

INGATLAH WAHAI UMAT ISLAM dan agama lainnya, agamamu jadi KOMODITAS POLITIK…. oleh para MUNAFIKIN… !

Sumber: kompasiana

Rabu, 07 Agustus 2013

Fatahillah: Nama Jayakarta/Jakarta Ilham dari Ayat Al-Quran surat Al-Fath

Sebuah gedung bearsitektur khas Belanda berdiri kokoh ditengah kawasan Kota Tua, Jakarta. Gedung yang pernah menjadi Balai Kota dan Pusat Pemerintahan Batavia pada jaman Hindia-Belanda itu, saat ini digunakan sebagai Gedung Museum Sejarah Jakarta. Namun masyarakat yang biasa bertandang, lebih mengenalnya dengan nama Gedung Fatahillah atau Museum Fatahillah.
Miris, meski namanya terkenal dan familiar sebagai sebuah gedung, tetapi tidak banyak orang yang mengetahui siapa Fatahillah itu dan apa yang telah ia lakukan sehingga namanya masih dikenang hingga saat ini.

Fatahillah merupakan sosok penting dalam perjalanan sejarah Jakarta. Pemuda yang memiliki nama asli Fadhlulah Khan Huzarat itu hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa, yakni Demak, Cirebon, dan Banten. Fatahillah konon pernah dititahkan oleh Syarif Hidayatullah, atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati untuk mengawal isterinya.

Selain itu, Fatahillah juga ditugaskan oleh kesultanan-kesultanan Islam tersebut untuk melakukan pengawasan atas kerjasama yang dilakukan oleh Portugis dan pemerintah Sunda Kalapa. Namun dalam kerjasama tersebut, Fatahillah menemukan adanya indikasi yang tidak baik dari pihak Portugis. Orang-orang Portugis yang datang atas utusan Gubernur Malaka tersebut berencana melakukan perjanjian untuk mendirikan benteng di dekat Muara Sungai
Ciliwung. Sehingga Fatahillah pun mengambil sikap tegas untuk menyerang orang-orang Portugis. Pertempuran terjadi di sekitar Teluk Jakarta dan dimenangkan oleh Fatahillah.

Atas kemenangnnya tersebut, Fatahillah mengganti nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527, yang selanjutnya dijadikan sebagai hari jadi kota Jakarta. Nama ‘Jayakarta’ sendiri muncul sebagai hasil dari munajat yang dilakukan oleh Fatahillah. Ia terilhami dari sebuah ayat Al-Quran surat Al-Fath yang berbunyi ‘Inna Fatahna Laka Fathan Mubina’ yang artinya ‘Sesungguhnya kami telah memberikan kemenangan padamu, kemenangan yang tegas.”. Dari potongan ayat itulah, ia mengambil nama Jayakarta yang artinya ‘Kemenangan Sempurna’.

Nama Jayakarta dan kiprah Fatahillah bertahan sampai Belanda mengambil alih. Pada 30 Mei 1619, secara resmi Belanda mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia yang dilakukan oleh Jan Peterzoon Coen, atau yang dikenal dengan nama J.P.Coen.

Kini, jejak perjuangan Fatahillah yang masih tersisa adalah sebuah meriam berkepala naga yang pernah digunakan oleh Fatahillah untuk bertempur. Meriam tersebut menjadi salah satu koleksi di Museum Sejarah Jakarta. Selain meriam tersebut, jejak yang ditinggalkanya adalah sebuah nama besar yang memiliki arti penting bagi berdirinya kota Jakarta. Sekalipun nama besar tersebut dikenang dalam sebuah gedung yang sudah tua.

Indahnya Khilaf Badruddin Al Aini dengan Ibnu Hajar

BADRUDIN al Aini dan Ibnu Hajar al Asqalani dikenal sahabat dekat. Badrud Din Al ‘Aini pernah mengundang Ibnu Hajar agar berkunjung ke ‘Ainatab, dan Ibnu Hajar membacakan untuknya tiga hadits, satu dari Musnad Ahmad dan yang lain dari Sahih Muslim.

Begitu pula ‘Aini, ia datang ke majelis imla’ Ibnu Hajar di Halab (Ibnu Hajar Al Asqalani, Amirul Mukminin fil Hadits, karya Abdus Satar Syaikh, hal 342).
Ibnu Hajar Al Asqalani, lahir di Mesir tahun 773 H, wafat tahun 852 H di negeri yang sama. Seorang hafidz, muhadits, sekaligus faqih bermadzhab Syafi’i. Beliau dikenal penulis Fathul Bari (Syarh Sahih Bukhari), Bulughul Maram, Lisanul Mizan, dll.

Sedangkan Badrud Din Al ‘Aini lahir di ‘Ainatab, meninggal di Mesir pada tahun 855 H, muhadits, muarikh bermadzhab Hanafi, penulis ‘Umdatul Qari (Syarh Sahih Bukhari).

Mereka berdua adalah sahabat dekat. Badruddin Al ‘Aini pernah mengundang Ibnu Hajar agar berkunjung ke ‘Ainatab, dan Ibnu Hajar membacakan untuknya tiga hadits, satu dari Musnad Ahmad dan yang lain dari Sahih Muslim. Begitu pula ‘Aini, ia datang ke majelis imla’ Ibnu Hajar di Halab (Ibnu Hajar Al Asqalani, Amirul Mukminin fil Hadits, karya Abdus Satar Syaikh, hal 342).

Walau mereka sahabat dekat, akan tetapi satu sama lain tetap saling mengkritisi. Ibnu Hajar sendiri telah memeriksa beberapa karya ‘Aini, salah satunya adalah Al Mu’ayid Syaikhul Mahmudi. Ibnu Hajar menemukan kurang lebih 400 bait yang tidak beraturan (Badrud Din Al ‘Aini Li Ma’tuq, hal. 165-168)

Sebagaimana Ibnu Hajar mengkritik tarikh kabir ‘Aini, Aqdul Juman Fi Tarikh Ahluz Zaman. Berkata Ibnu Hajar dalam muqadimah Imba’ul Ghumar: “Aku telah memeriksa tarikh milik Qodhi Badruddin Al ‘Aini, ia menyebutkan bahwa rujukan dalam penulisan tarikhnya adalah Ibnu Katsir[1], akan tetapi setelah Ibnu Katsir berhenti menulis tarikh dikarenakan wafat, maka rujukannya berganti ke Tarikh Ibnu Duqmaq. Hingga ‘Aini menukil satu lembar penuh secara berurutan, malah kemungkinan ia bertaklid terhadap kesalahan yang ada di dalamanya. Dan aku pun terheran-heran, bahwa Ibnu Duqmaq menyebutkan beberapa peristiwa yang ia saksikan, akan tetapi ‘Aini menulisnya apa adanya, padahal peritiwa itu terjadi di Mesir dan dia jauh di ‘Ainatab. Akan tetapi aku tidak menyibukkan diri untuk memeriksa seluruh kesalahannya. Malah aku
mengutip darinya apa yang tidak aku dapati, yaitu kejadian-kejadian yang kukira ‘Aini menyaksikan sedangkan aku tidak mengetahuinya.” (Imba’ul Ghumar hal.4-5, vol.1)[2].

Abdus Sattar As Syaikh menyebutkan bahwa Al ‘Aini dalam Umdatul Qari juga mengoreksi karya Fathul Bari, karya Ibnu Hajar, menukil dari buku itu satu-dua lembar, lalu menghitung kesalahan-kesalahannya. Lalu Ibnu Hajar menjawab secara inshaf (lapang dada) dengan dua buku, yang berjudul Al Istinshaf ‘Ala ‘Atha’in Al ‘Aini, dalam buku tersebut disebutkan bahwa ‘Aini mengritik khutbah Ibnu Hajar atas Fathul Bari dan ‘Aini mengutamakan Umdatul Qari atas Syarh Sahih Bukhari sebelumnya, yaitu Fathul Bari. Maka Ibnu Hajar menjawab kritikan tersebut dan para ulama’ yang hidup di masanya pun membenarkan Ibnu Hajar. Buku ke dua Ibnu Hajar yang menjawab kritikan ‘Aini adalah Intiqadhul I’tiradh, yang berisi sanggahan terhadap kritikan ‘Aini terhadap Fathul Bari, akan tetapi Allah memanggilnya sebelum ia menyempurnakan bukunya tersebut (Ibnu Hajar Al Asqalani, karya Abdus Sattar As Syaikh, hal. 345, lihat juga Al Jawahir Wad Dhurar, hal. 224-226).

Walaupun demikian Ibnu tetap mencantumkan nama Al ‘Aini dalam mu’jam syuyukh-nya, Al Majma’ Al Mu’asis Lil Mu’jamil Fahras. Begitu pula ia menulis riwayat ‘Aini di Rafi’il ‘Ishri ‘An Qudhati Mishri-nya, secara ringkas.

Sebagaimana ‘Aini juga mengambil faidah dari Ibnu Hajar, khususnya ketika ia menulis Rijal At Thohawi.

Dinukil dari Hafidz As Sakhawi[3]: “…dan aku menyaksikanya (Al ‘Aini) bertanya kepada syaikh kami ketika belau hendak meninggal tentang masmu’at dari Al Iraqi[4], lalu Ibnu Hajar menjawab: “Hal itu tidak berada dalam buku, akan tetapi aku menulisnya menyertai riwayat hidupnya (Al Iraqi) dalam mu’jamku yang telah aku nukil dari beliau, dan hal itu tidak sedikit, periksalah, jika engkau telah menemukan, kita bias coba mencari sisanya (Badrud Din Al ‘Aini Lima’tuq, hal. 169-170).

Ibnu Hajar juga menulis sebuah risalah yang bernama Al Ajwibah Al Ainiyah ‘Alal As’ilah Al ‘Ainiyah, yang berisi jawaban Ibnu Hajar atas pertanyaan-pertanyaan ‘Aini (Ibnu Hajar Al Asqalani, oleh Abdus Sattar As Syaikh, hal 345).

Ini menunjukkan kemulyaan akhlak kedua imam besar tersebut, walau saling mengkritik akan tetapi keduanya masih saling menerima ilmu satu sama lain.*(hidayatullah)

Musik Klasik atau Al-Quran, Mana yang Lebih Mencerdasan Bayi?

Kepercayaan orang Barat bahwa musik terutama mozart dapat meningkatkan kecerdasan sudah diyakini sejak tahuan 1950-an, mitos ini kemudian diteliti secara lebih serius pada tahun 1990-an. 36 siswa dalam sebuah studi di University of California di Irvine mendengarkan 10 menit sonata Mozart sebelum mengambil tes IQ. Menurut Dr Gordon Shaw, psikolog yang bertanggung jawab atas penelitian ini, skor IQ siswa naik sekitar 8 poin akibat dirangsang oleh alunan ajaib musik Mozart, sejak itulah istilah “Mozart effect ” lahir.
Bahkan di dalam negeri, tahun 2002 Hermanto Tri Juwono dan timnya pernah mencoba pada tikus hamil. Hermanto dkk., memperdengarkan musik klasik Mozart, gamelan sampai dangdut. Setelah distimulasi seperti itu, pertumbuhan sel-sel otak bayi dan ibu tikus diteliti. Hasilnya musik Mozart memberi peningkatan jumlah sel lebih tinggi. Musik gamelan nomor dua tertinggi, sedangkan musik dangdut peningkatannya paling rendah.

Namun setelah bertahun-tahun, orang mulai ragu akan kesahihan dari ‘Mozart effect’ ini dan penelitian tandingan yang menghasilkan kesimpulan kontradiktif dengan kesimpulan diatassudah dilakukan. Beberapa peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang.Mereka membuat riset yang melibatkan 3000 partisipator, hasil penelitiannya adalah ; ‘tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan inteligensi seseorang setelah mendengarkan musik Mozart.’

Tim peneliti dari Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik juga mengadakan penelitian serupa, mereka mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Dan hasil penelitiannya ; ‘Sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.’

Howstuffwork sebuah situs yang terkenal memaparkan bahwa musik klasik seperti karya mozart tidak akan membuat seseorang lebih cerdas. Dalam situsnya, masalah ini dimasukan sebagai salah satu point dalam artikel yang berjudul ;‘10 mitos tentang otak.’

Bahkan Dr Frances Rauscher, seorang peneliti yang terlibat dalam studi di Universitas California di Irvine –yang melahirkan istilah “Mozart Efect”– yang telah menjadi kontroversi dalam komunitas ilmiah ini juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengklaim itu benar-benar membuat orang pintar, tetapi hanya meningkatkan kinerja pada tugas-tugas spasial-temporal tertentu.

Sekarang kita mengetahui bahwa musik Mozart –dan sebetulnya semua musik yang memiliki alunan nada yang menenangkan (kecuali musik dangdut sepertinya-red)– hanya diyakini dapat menimbulkan efek psikologis seperti bergairah, tenang atau damai. Dan kondisi psikologis ini memang positif dalam merangsang pertumbuhan sel otak. Psikolog Rose Mini menambahkan bahwa yang terpenting bukan musiknya, namun ketenangan yang didapat oleh seorang ibu yang kemudian ditularkan kepada si bayi sejak dalam kandungan.

Lise Eliot,
Ph.D, pakar biologi dan anatomi sel Chicago Medical School AS, mengatakan, perkembangan struktur otak bayi lebih dipengaruhi; pola diet, gaya hidup dan kondisi emosi ibu hamil. Efek musik memang diakui sebagai stimulus psikologis / emosional yang baik.

Jadi musik diakui meningkatkan kecerdasan, namun secara tidak langsung yaitu dengan efeknya yang menenangkan sehingga syarat psikologis dan emosional sang ibu memenuhi syarat untuk menciptakan suasana dan lingkungan rahim yang kondusif untuk pembangunan dan pertumbuhan otak sang janin. Stimulan serupa juga didapati pada Al-Quran, diyakini juga bahwa Al-Quran membawa pengaruh-pengaruh positif lain yang luar biasa disebabkan oleh sumber Al-Quran yang ilahiah, dan juga berdasarkan banyaknya kesaksian orang-orang yang merasakan pengaruh Al-Quran secara langsung maupun tak langsung. Keyakinan ini terus diupayakan diteliti sehingga dapat dijelaskan lebih baik dalam ranah ilmiah.

Sudah diteliti dan didapati fakta bahwa memperdengarkan Al-Quran kepada bayi akan meningkatkan tingkat inteligensia sang bayi. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitian ini dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam.

Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Dan ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan lain sebagainya.

Kalau musik klasik disimpulkan dapat mempengaruhi kecerdasan melalui pengaruh positifnya terhadap stimulan psikologis dengan efektivitas sebesar 65% maka seharusnya Al-Quran yang adalah Kalamullah bisa lebih baik lagi. Al-Qur’an tetaplah obat dan terapi serta stimulan yang terbaik.

Ibu yang cerdas menganggap bahwa rahimnya adalah ruang kelas pertama bagi anaknya, bukan hanya sekedar ruang tunggu bagi janin sampai ia siap dilahirkan ke dunia ini. Para ahli menyatakan bahwa kondisi kejiwaan sang ibu juga sangat mempengaruhi watak dan kecerdasan bayinya. Dalam kondisi stress tubuh sang ibu akan memproduksi hormon kortisol dalam jumlah berlebihan sehingga ini akan memicu tekanan darah meninggi, dada terasa sesak, dan emosi menjadi tidak stabil. Hormon kortisol ini bisa merambat ke bayi melalui plasenta sehingga mempengaruhi pembuluh darah sang janin, akibatnya sang janinpun ikutan stress. Bila ini terjadi terus-menerus dapat menyebabkan sang anak kelak menjadi orang yang rentan stress. Inilah pentingnya ibu yang sedang hamil memperbanyak berdzikir, sebab manfaat berdzikir yang pertama adalah menciptakan ketenangan batin, dan dzikir yang paling utama adalah menghafal, membaca, dan mempelajari Al-Quran Al-Kariim.[]

Oleh: Purwanto Abd. Ghaffar

Jokowi Sebut Presiden Mursi Eksklusif ?

Dalam sebuah acara diskusi yang digelar oleh Polda Metro Jaya Kamis (25/7), Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang akrab dipanggi Jokowi, menyebut Presiden Mursi yang dikudeta militer itu 'Eksklusif' hal itu diutarakan saat menjadi narasumber dalam diskusi yang bertajuk 'Kepemimpinan Nasional'.

Seperti dikutip dari republika online, Jokowi menjelaskan tentang pemimpin diharuskan meninggalkan keekslusifannya dan lebih berbaur kepada masyarakat.
''Jadi rakyat sama pemimpinnya gak ada sekat,'' katanya, Dia lalu mencontohkan dengan peristiwa yang
terjadi di Mesir beberapa waktu lalu.

"Kepemimpinan Mohammad Mursi, yang sangat eksklusif justru menurunkan kepercayaan rakyatnya. Alhasil rakyatnya sendiri yang menurunkan pemimpinnya." paparnya dalam diskusi tersebut

"Mesir hancur karena tidak membaca perubahan zaman, jadi hubungan horizontal antara pemimpin dan masyarakatnya itu harus dibaca. Jadi bisa tahu kebutuhan rakyatnya," ujarnya lebih lanjut

Perlu dipertanyakan darimana informasi yang didapat oleh gubernur jokowi ini dengan menyebut Presiden Mursi Eksklusif.[rol/vv/im]

Imam Ja’far ash-Shadiq: Ulama Besar yang Difitnah Syiah


 Imam Ja’far ash-Shadiq adalah seorang ulama besar yang masih keturunan Ahli Bait, yang dicatut oleh ahli bid’ah (baca: Syiah) sebagai tokohnya. Padahal jauh panggang dari api. Aqidahnya sangat berbeda jauh dengan aqidah yang selama ini diyakini orang-orang Syiah.

Nasab dan Kepribadiannya
Ia adalah Ja’far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, keponakan Rasulullah dan suami dari putri beliau Fathimah radhiallahu ‘anha. Lahir di kota Madinah pada tahun 80 H dan wafat di kota yang sama pada tahun 148 H dalam usia 68 tahun.
Ash-Shadiq merupakan gelar yang selalu menetap tersemat padanya. Kata ash-Shadiq itu, tidaklah disebutkan kecuali mengarah kepadanya. Karena ia terkenal dengan kejujuran dalam hadis, ucapan-ucapan dan tindakan-tindakannya. Kedustaan tidak dikenal padanya. Gelar ini pun masyhur di kalangan kaum muslimin. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah acapkali menyematkan gelar ini padanya.

Laqab lainnya, ia mendapat gelar al-Imam dan al-Faqih. Gelar ini pun pantas ia sandang. Meski demikian, ia bukan manusia yang ma’shum seperti yang diyakini sebagian ahli bid’ah. Ini dibuktikan, ia sendiri telah menepisnya, bahwa al-‘Ishmah(ma’shum) hanyalah milik Nabi.

Imam Ja’far ash-Shadiq dikaruniai beberapa anak. Mereka adalah: Ismail (putra tertua, meninggal pada tahun 138 H, saat ayahnya masih hidup), Abdullah (dengan namanya, kun-yah ayahnya dikenal), Musa yang bergelar al-Kazhim, Ishaq, Muhammad, Ali, dan Fathimah.

Dia dikenal memiliki sifat kedermawanan dan kemurahan hati yang begitu besar. Seakan merupakan cerminan dari tradisi keluarganya, sebagai kebiasaan yang berasal dari keturunan orang-orang dermawan. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling murah hati.

Dalam hal kedermawanan ini, ia seakan meneruskan kebiasaan kakeknya, Zainal Abidin, yaitu bersedekah dengan sembunyi-sembunyi. Dengan sifat kedermawanannya pula, ia melarang terjadinya permusuhan. Dia rela menanggung kerugian yang harus dibayarkan kepada pihak yang dirugikan, untuk mewujudkan perdamaian antara kaum muslimin.

Perjalanan Keilmuannya

Imam Ja’far ash-Shadiq, menempuh perjalanan ilmiyahnya bersama dengan ulama-ulama besar. Ia sempat menjumpai sahabat-sahabat Nabi yang berumur panjang, misalnya Sahl bin Sa’id as-Sa’idi dan Anas bin Malik radhiallahu ‘anhum. Dia juga berguru kepada pemuka tabi’in Atha` bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Urwah bin az-Zubair, Muhammad bin al-Munkadir, dan Abdullah bin Abi Rafi’ serta Ikrimah maula Ibnu Abbas. Dia pun meriwayatkan dari kakeknya, al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr.

Mayoritas ulama yang ia ambil ilmunya berasal dari Madinah. Mereka adalah ulama-ulama kesohor, terpercaya, memiliki ketinggian dalam amanah dan kejujuran.

Sedangkan murid-muridnya yang paling terkenal, yaitu Yahya bin Sa’id al-Anshari, Aban bin Taghlib, Ayyub as-Sakhtiyani, Ibnu Juraij, dan Abu Amr bin al-Ala`. Juga Imam Darul Hijrah, Malik bin Anas al-Ashbahi, Sufyan ats-Tsauri, Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah, Muhammad bin Tsabit al-Bunani, Abu Hanifah, dan masih banyak lagi.

Para imam hadis -kecuali al-Bukhari- meriwayatkan hadis-hadisnya pada kitab-kitab mereka. Sementara Imam al-Bukhari meriwayatkan hadisnya di kitab lainnya, bukan di Shahih.

Berkat keilmuan dan kefaqihannya, sanjungan para ulama pun mengarah kepada Imam Ja’far ash-Shadiq.

Abu Hanifah berkata,”Tidak ada orang yang lebih faqih dari Ja’far bin Muhammad.”

Abu Hatim ar-Razi di dalam al-Jarh wa at-Ta’dil 2:487 berkata,”(Dia) tsiqah, tidak perlu dipertanyakan orang sekaliber dia.”

Ibnu Hibban berkomentar: “Dia termasuk tokoh dari kalangan Ahli Bait, ahli ibadah dari kalangan atba’ tabi’in dan ulama Madinah”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memujinya dengan ungkapan: “Sesungguhnya Ja’far bin Muhammad termasuk imam, berdasarkan kesepakatan Ahli Sunnah”. (Minhaju as-Sunnah, 2:245).

Demikian sebagian kutipan pujian dari para ulama kepada Imam Ja’far ash-Shadiq.

Ja’far ash-Shadiq Tidak Mungkin Mencela Abu Bakar dan Umar

Adapun Syiah, berbuat secara berlebihan kepada Imam Ja’far ash-Shadiq. Golongan Syiah ini mendaulatnya sebagai imam keenam. Pengakuan mereka, sebenarnya hanya kamuflase. Pernyataan-pernyataan dan aqidah beliau berbeda 180 derajat dengan apa yang diyakini oleh kaum Syiah.

Sebut saja, sikap Imam Ja’far ash-Shadiq terhadap Abu Bakr dan Umar bin al-Kaththab. Kecintaannya terhadap mereka berdua tidak perlu dipertanyakan. Bagaimana tidak, mereka berdua adalah teman dekat kakeknya (yaitu Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam), dan sebagai penggantinya.

Abdul Jabbar bin al-Abbas al-Hamdani berkata, “Sesungguhnya Ja’far bin Muhammad menghampiri saat mereka akan meninggalkan Madinah. Ia berkata, ‘Sesungguhnya kalian, Insya Allah termasuk orang-orang shalih dari Madinah. Maka, tolong sampaikan (kepada orang-orang) dariku, barangsiapa yang menganggap diriku imam ma’shum yang wajib ditaati, maka aku berlepas diri darinya. Barangsiapa menduga aku berlepas diri dari Abu Bakr dan Umar, maka aku pun berlepas diri darinya’.”

Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Hanan bin Sudair, ia berkata: “Aku mendengar Ja’far bin Muhammad, saat ditanya tentang Abu Bakr dan Umar, ia berkata, ‘Engkau bertanya tentang orang yang telah menikmati buah dari surga’.”

Pernyataan beliau ini jelas sangat bertolak belakang dengan keyakinan orang-orang Syiah yang menjadikan celaan dan makian kepada Abu Bakr, Umar, dan para sahabat pada umumnya sebagai sarana untuk mendapatkan pahala dari Allah.

Imam Ja’far ash-Shadiq, sangat tidak mungkin mencela mereka berdua. Pasalnya, ibunya, Ummu Farwa adalah putri al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr ash Shiddiq. Sementara neneknya dari arah ibunya adalah, Asma bintu Abdir Rahman bin Abi Bakr. Apabila mereka adalah paman-pamannya, dan Abu Bakr termasuk kakeknya dari dua sisi, maka sulit digambarkan, jika Ja’far bin Muhammad -yang jelas berilmu, berpegang teguh dengan agamanya, dan ketinggian martabatnya, serta memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi- melontarkan cacian dan celaan terhadap kakeknya, Abu Bakr ash-Shiddiq. Ja’far sendiri berkata : “Abu Bakar melahirkan diriku dua kali”.

Apalagi, bila menengok kapasitas keilmuan dan keteguhan agama dan ketinggian martabatnya,
sudah tentu akan menghalanginya untuk mencaci-maki orang yang tidak pantas menerimanya.

Klaim Bohong Syiah atas Ja’far ahs-Shadiq

Pada masanya, bid’ah Ja’d bin Dirham dan pengaruh Jahm bin Shafwan tengah menyebar. Sebagian kaum muslimin sudah terpengaruh dengan aqidah Alquran sebagai makhluk. Akan tetapi, Ja’far bin Muhammad menyatakan: “Bukan Khaliq (Pencipta), juga bukan makhluk, tetapi Kalamullah”. Aqidah dan pemahaman seperti ini bertentangan dengan golongan Syiah yang mengamini Mu’tazilah, dengan pemahaman aqidahnya, Alquran adalah makhluk.

Artinya, prinsip aqidah yang dipegangi oleh Imam Ja’far ash-Shadiq merupakan prinsip-prinsip yang diyakini para imam Ahli Sunnah wal Jama’ah, dalam penetapan sifat-sifat Allah. Yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta menafikan sifat-sifat yang dinafikan Allah dan Rasul-Nya.

Ibnu Taimiyyah berkata, “Syiah Imamiyah, mereka berselisih dengan Ahli Bait dalam kebanyakan pemahaman aqidah mereka. Dari kalangan imam Ahli Bait, seperti Ali bin al Husein Zainal Abidin, Abu Ja’far al-Baqir, dan putranya, Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq, tidak ada yang mengingkari ru`yah (melihat Allah di akhirat), dan tidak ada yang mengatakan Alquran adalah makhluk, atau mengingkari takdir, atau menyatakan Ali merupakan khalifah resmi (sepeninggal Nabi n), tidak ada yang mengakui para imam dua belas ma’shum, atau mencela Abu Bakr dan Umar.”

Tokoh-tokoh Syiah tempo dulu mengakui, bahwa aqidah tauhid dan takdir (yang mereka yakini) tidak mereka dapatkan, baik melalui Kitabullah, sunah atau para imam Ahli Bait. Sebenarnya, mereka mendapatkannya dari Mu’tazilah. Mereka (kaum Mu’tazilah) itulah guru-guru mereka dalam tauhid dan al-adl”.

Klaim kaum Syiah yang menyatakan pemahaman aqidah mereka berasal dari Ja’far ash-Shadiq atau imam Ahli Bait lainnya, hanyalah merupakan kedustaan, dan mengada-ada belaka. Sehingga tidak salah jika dianggapnya sebagai dongeng-dongeng fiktif, dan bualan kosong yang mereka nisbatkan kepada orang-orang yang mulia itu.

Contoh kedustaan yang dilekatkan kepada beliau, yaitu ucapan “Taqiyah adalah agamaku dan agama nenek-moyangku”. Orang Syiah menjadikannya sebagai prinsip aqidah mereka.

Kedustaan lainnya, keyakinan mereka bahwa Ja’far ash-Shadiq akan kekal abadi, dan tidak meninggal. Ini juga merupakan kesalahan yang parah. Kematian adalah milik setiap orang, dan pasti terjadi. Tidak ada orang, baik dari kalangan Ahli Bait atau lainnya yang mendapatkan hak istimewa hidup abadi di dunia ini.

Bentuk kedustaan mereka merambah buku dan tulisan-tulisan yang diklaim telah ditulis oleh Ja’far ash-Shadiq. Para ulama telah menetapkan kedustaan itu. Ditambah lagi, eranya (80-148 H) termasuk masa yang kering dengan karya tulis. Yang ada, perkataan-perkataan yang diriwayatkan dari mereka saja, tidak sampai dibukukan.

Kaidah yang mesti kita pegangi dalam masalah ini, tidak menerima satu perkataan pun dari ash-Shadiq dan imam-imam lain, juga dari orang lain, kecuali dengan sanad yang bersambung, berisikan orang-orang yang terpercaya dan dikenal dari kalangan para perawi, atau bersesuaian dengan kebenaran dan didukung oleh dalil, maka baru bisa diterima. Selain dari yang itu, tidak perlu dilihat.

Di antara buku yang dinisbatkan kepadanya dengan kedustaan, yaitu kitab Rasailu Ikhawni ash-Shafa, al-Jafr (kitab yang memberitakan berbagai peristiwa yang akan terjadi), ‘Ilmu al Bithaqah, Ikhtilaju al A’dha` (menjelaskan pergerakan-pergerakan yang ada di bawah tanah), Qira`atu Alquran Fi al Manam, dan sebagainya.

Golongan Syiah memperkuat kedustaan mereka tentang keotentikan kitab-kitab tersebut, dengan mengambil keterangan dari Abu Musa Jabir bin Hayyan ash-Shufi ath-Tharthusi. Dia ini adalah pakar kimia yang terkenal, meninggal tahun 200 H. Mereka berdalih, bahwa Abu Musa Jabir bin Hayyan telah menyertai Ja’far ash-Shadiq dan menulis berbagai risalah yang berjumlah 500 buah dalam seribu lembar kertas.

Namun, pernyataan ini masih sangat diragukan. Sebab, Jabir ini termasuk muttaham (tertuduh, dipertanyakan) dalam agama dan amanahnya, dan juga kesertaannya bersama Ja’far ash-Shadiq yang meninggal tahun 148 H. Menurut keterangan yang masyhur, Jabir bukan menyertai Ja’far ash-Shadiq, tetapi ia menyertai Ja’far bin Yahya al-Barmaki.

Alasan lainnya yang semakin menjadikan kita ragu akan pernyataan tersebut, Imam Ja’far ash-Shadiq berada di Madinah, sementara itu Jabir bermukim di Baghdad. Kedustaan tersebut semakin jelas jika melihat kesibukan Jabir dengan ilmu-ilmu alamnya, yang tentu sangat berbeda dengan yang ditekuni Imam Ja’far ash-Shadiq.

Oleh karena itu, tulisan-tulisan di atas, tidak bisa dibenarkan penisbatannya kepada Ja’far ash-Shadiq. Ringkasnya, Syiah berdiri di atas kedustaan dan kebohongan. Andaikan benar miliknya, sudah tentu akan diketahui anak-anaknya dan para muridnya, dan kemudian akan menyebar ke berbagai pelosok dunia. Wallahul musta’an.

Fakta ini semakin membuktikan bahwa Syiah berdiri di atas gulungan kedustaan dan kebohongan. Ibnu Taimiyah rahimahullah menyimpulkan:

“Adapun syariat mereka, tumpuannya berasal dari riwayat dari sebagian Ahli Bait seperti Abu Ja’far al-Baqir, Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq dan lainnya”.

Tidak diragukan lagi, bahwa mereka adalah orang-orang pilihan milik kaum muslimin dan imam mereka. Ucapan-ucapan mereka mempunyai kemuliaan dan nilai yang pantas didapatkan orang-orang semacam mereka. Tetapi, banyak nukilan dusta ditempelkan pada mereka.

Kaum Syiah tidak memiliki kemampuan penguasaan dalam aspek isnad dan penyeleksian antara perawi yang tsiqah dan yang tidak. Dalam masalah ini, mereka laksana Ahli Kitab. Semua yang mereka jumpai dalam kitab-kitab, berupa riwayat dari pendahu-pendahulu mereka, langsung diterima. Berbeda dengan Ahli Sunnah, mereka mempunyai kemampuan penguasaan isnad, sebagai piranti untuk membedakan antara kejujuran dengan kedustaan. (Minhaju as-Sunnah, 5:162).

[Diadaptasi dari muqaddimah tahqiq Kitab al Munazharah (Munazharah Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq Ma'a ar Rafidhi fi at Tafdhili Baina Abi Bakr wa 'Ali), karya Imam al Hujjah Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq, tahqiq 'Ali bin 'Abdul 'Aziz al 'Ali Alu Syibl, Dar al Wathan Riyadh, Cet. I, Th. 1417 H].

Sumber : Majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun X/1427H/2006M.