Selasa, 26 Juni 2012

Antara Kami Dengan Thaghut



Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

ما يصنع بي أعدائي. أنا جنتي في قلبي وستاني في صدري. فهي معي لا تفارقني أينما رحت أنا حبسي خلوة. وقتلي شهادة. وإخراجي من بلدي سياحة

“Apa yang dilakukan musuh-musuhku terhadap diriku. Aku, sungguh surgaku ada di hatiku, dan tamanku yang indah ada di dadaku. Ia selalu ada bersamaku lagi tidak pernah meninggalkanku ke manapun aku pergi. Aku, sungguh pemenjaraanku adalah khalwat, pembunuhanku adalah kesyashidan, dan pengusiranku dari kampung halamanku adalah wisata.”
Sungguh musuh-musuh Allah dari kalangan para thaghut dan bala tentaranya telah mengira bahwa apa yang dilakukan terhadap para muwahhidin mujahidin oleh mereka berupa pembunuhan, pemenjaraan, penyiksaan dan penganiayaan serta pengejaran akan bisa mematikan dan memadamkan cahaya tauhid dan semangat jihad yang sudah menyatu di dalam jiwa, dan mereka menyangka bahwa tindakan tadi akan membuat yang lain urung diri dari meniti jalan tauhid dan jihad ini….sungguh tidak mungkin….

يُرِيدُونَ لِيُطْفِؤُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan (ucapan) mulut-mulut mereka, sedangkan Allah tetap akan menyempurnakan cahaya (agama)-Nya walaupun orang-orang kafir itu benci.” [Ash Shaff : 8]


Walaupun mereka mengerahkan semua setan-setannya dari kalangan tentara dan polisi yang mengarahkan moncong senjatanya dan kalangan ulama suu’ bayaran yang telah menjual ayat-ayat Allah dengan dunia yang fana yang menipu umat dan membiusnya agar tetap manut kepada thaghut dan melabeli para pembela Islam hakiki dengan gelar-gelar buruk yang menakutkan atau menjijikkan. Tapi tindakan itu semuanya tidak bisa melenyapkan cahaya kebenaran walaupun bisa saja sesaat menghalanginya, ibarat kabut yang hanya sesaat menghalangi cahaya matahari dan tidak lama berselang kabut akan sirna dan cahaya matahari kembali kelihatan sinarnya. Maka silahkan lakukan apa yang ingin kalian lakukan, tapi ingatlah bahwa yang kalian lawan itu bukanlah kekuatan makhluk yang lemah, namun yang kalian tantang itu adalah kekuatan Penguasa langit dan bumi….
Bercerminlah dengan para thaghut masa lampau… Ini dia kaum ‘Aad yang angkuh menolak dakwah tauhid dan malah angkuh mengatakan:

مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً

“Siapa yang lebih dasyat kekuatannya dari kami?.” [Fushshilat : 15]
mereka tidak tahu bahwa Allah ta’ala lebih kuat dari mereka.

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً

“Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang telah menciptakan mereka, Dia lebih hebat kekuatannya dari mereka?.” [Fushshilat : 15]
Maka Allah ta’ala kirimkan adzab yang mematikan:

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي أَيَّامٍ نَّحِسَاتٍ لِّنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَخْزَى وَهُمْ لَا يُنصَرُونَ

“Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan adzab akhirat pasti lebih menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan.” [Fushshilat : 16]
Ini juga Fir’aun dan bala tentaranya yang angkuh dan aniaya yang membunuhi kaum pria Bani Israel, memperbudak para wanitanya dan memenjarakan dan membunuhi orang-orang yang beriman yang menolak tunduk kepada aturannya, apa yang Allah ta’ala timpakan di dunia kepada mereka dan yang disiapkan di akhirat:

وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ، فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ، وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنصَرُونَ، وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُم مِّنَ الْمَقْبُوحِينَ

“Dan dia (Fir’aun) dan bala tentaranya berlaku sombong di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami siksa dia (Fir’aun) dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka para pemimpin yang mengajak (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami susulkan laknat kepada mereka di dunia ini sedangkan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).” [Al Qashash : 39-42]
Ini juga Abu Jahl dan para pembesar Quraisy lainnya yang merasa berkuasa di Mekkah, angkuh dan menghina serta menindas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, pada akhirnya setelah kaum muslimin bersabar dan memiliki kekuatan, mereka terbunuh di perang Badar dan dilemparkan ke dalam sumur Badar [shahih Al Bukhari, Bab melemparkan bangkai kaum musyrikin ke dalam sumur]
Begitulah nasib semua para thaghut, akan ada masanya bagi keberakhiran, namun hanya orang berakallah yang mengambil pelajaran.
Puncak kebahagiaan mereka adalah kekuasaan, dan itu akan berakhir baik digantikan oleh yang lain ataupun dengan kematian. Sedangkan harta maka akan ditinggal mati pula dan begitu juga isteri yang cantik, maka bagaimana kalau fisik sudah lemah lagi tua? Kebahagiaan dunia ada batasnya dan bahkan akan menjadi sumber kesengsaraan batin bila tidak didasari tauhid dan amal saleh, karena yang menjamin kebahagiaan jiwa hanyalah iman (tauhid) dan amal saleh, sebagaimana firman-Nya ta’ala:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa beramal saleh baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia itu mu’min maka sungguh Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh Kami akan memberikan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An Nahl : 97]
Kehidupan yang baik itu adalah kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat, Allah ta’ala menjanjikannya kepada hamba-Nya yang bertauhid dan beramal saleh. Sedangkan kehidupan yang bahagia di dunia ini adalah kenikmatan hati dan ketenangan jiwa yang dirasakan oleh orang yang menghambakan dirinya dan berserah diri kepada Pencipta-Nya, apapun dan bagaimanapun kondisi yang dialaminya, apakah penindasan atau penyiksaan atau pemenjaraan bahkan pembunuhan sekalipun. Semakin dekat seorang hamba muwahhid kepada Allah dan semakin tunduk dan taat kepada perintah-perintah-Nya, maka semakin besar pula kebahagiaan hidup yang dia rasakan. Semakin besar pengorbanan yang dia ikhlaskan kepada Allah ta’ala demi tegaknya ajaran Islam di muka bumi ini, maka semakin besar pula kenikmatan hidup yang dia rasakan dan semakin besar pula keinginannya untuk berkorban lebih besar dan lebih banyak di jalan Allah ta’ala, agar semakin besar pula kebahagiaan jiwa yang dia rasakan dan semakin tinggi pula tingkatan surga yang dijanjikan untuknya.
Maka tidaklah aneh bila Yusuf ‘alaihissalam lebih memilih di penjara daripada mengikuti ajaran berbuat maksiat.

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ

“Ya Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada mengikuti ajakan mereka.” [Yusuf : 33]
Begitu pula si Ghulam di dalam kisah Ashhabul Ukhdud dengan senang hati dirinya di bunuh demi tegaknya kalimat Allah ta’ala…
Dan kaum muwahhidien yang menerima dakwah tauhid yang dibawa si ghulam itu lebih merelakan diri mereka di bakar hidup-hidup sampai mati daripada meninggalkan prinsip mereka yang benar.

قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ، النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ، إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ، وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ، وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيد

“Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu pembesar-pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang memiliki) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mu’min. Dan mereka menyiksa orang-orang mu’min itu hanya karena (orang-orang mu’min itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaterpuji.” [Al Buruj : 4-8]
Itu terjadi karena merasakan kebahagiaan hidup di atas tauhid dan keyakinan kebahagiaan yang lebih besar yang akan mereka raih bila komitmen terus di atas prinsip, sehingga penderitaan sesaat di dunia tidak mereka hiraukan.
Manisnya keimanan yang sudah menyatu di dalam jiwa mampu mengalahkan pahitnya penyiksaan yang dialami Bilal Ibnu Rabah Radliallahu ‘anhu, sehingga semakin dasyat penyiksaan yang dilakukan maka semakin nikmat iman yang ia rasakan, sehingga serta merta terlontar dari lisannya padahal ia di tengah penyiksaan:

أحد أحد لو علمت كلمة أغيظ منها لقلتها

“Esa, Esa, Andaikata ada ucapan lain yang lebih membuat kalian geram darinya, tentu aku mengatakannya,”
Subhanallah …. Sungguh rugi orang yang tidak pernah merasakan manisnya iman ….
Mantapnya keyakinan tauhid dan keyakinan bahwa manfaat dan madlarat itu hanya di Tangan Allah bukan di tangan makhluk walaupun mereka itu para penguasa negeri, keyakinan ini yang mendorong Nabi Nuh ‘alaihissalam mengatakan:

يَا قَوْمِ إِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُم مَّقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللّهِ فَعَلَى اللّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُواْ أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُواْ إِلَيَّ وَلاَ تُنظِرُونِ

“Wahai kaumku! Jika terasa berat bagi kalian keberadaanku (di tengah kalian) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah aku bertawakkal, karena itu bulatkan keputusan kalian dan kumpulkan sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku), dan janganlah kalian ini dirahasiakan, kemudian bertindaklah terhadap diriku dan janganlah kalian tunda lagi.” [Yunus : 71]
Sehingga kematian di jalan Allah ta’ala bukanlah kelelahan, tapi justru merupakan kemenangan. Itulah yang diyakini para sahabat Radliallahu ‘anhu, dimana salah seorang dari mereka mengatakan saat dikhianati dan dibunuh musuh:

فزت ورب الكعبة

“Saya menang, demi Rab ka’bah.”
Kenapa menang padahal dia teerbunuh? Ya, menang karena dengan tauhid dan amalnya inidia mendapatkan surga dan dijauhkan dari neraka, menang meninggalkan kekeruhan dunia ke alam surga yang penuh kenikmatan, dan menang mendapatkan fisik yang sempurna di alam sana.

فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka dia telah menang. Dan kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” [Ali Imran : 185]
Bahkan luka yang didapatkan di jalan Allah akibat serangan musuh atau penyiksaannya akan menjadi nilai pahala dan diharapkan balasannya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berkata di dalam hadits yang tsabit:

ما من مكلوم في سبيل الله والله أعلم بمن يكلم في سبيله إلا جاء يوم القيامة وكلمه يدمى. اللون لون الدم والريح ريح المك

“Tidak sseorang pun yang terluka di jalan Allah –dan Allah lebih mengetahui akan orang yang terluka di jalan-Nya- melainkan ia datang di hari kiamat sedangkan lukanya mengalirkan darah, warnanya warna darah dan baunya bau kasturi.”
Bahkan kalau dipenjara maka dia itu dalam posisi didzalimi, bahkan anak istrinya pun ikut didzalimi, sedangkan doa orang yang didzalimi itu mustajab, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

اتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

“Hati-hatilah terhadap doa orang yang didzalimi, karena diantara doa itu dengan Allah tidak ada penghalang.” [HR Al Bukhari dan Muslim]
Maka akan digunakan doa itu untuk kehancuran para thaghut dan ansharnya…..
Dan akan kami gunakan kesempatan di penjara ini insya Allah untuk mengajak orang yang bisa kami ajak kepada tauhid dan kepada sikap membenci dan memusuhi para thaghut dan ansharnya, sungguh bisa mengajak mereka adalah keutamaan bagi kami, karena Rasul kami mengatakan:

لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Sungguh Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab kamu adalah lebih baik bagimu daripada unta yang merah.” [HR Al Bukhari]
karena setiap amal kebaikan yang dilakukan orang tersebut maka kami mendapatkan seperti pahala orang tersebut tanpa mengurangi pahala dia itu, sebagaimana dijelaskan oleh Rasul kami:

من دل على خير فله مثل أجر فاعله

“Barangsiapa menunjukkan (orang lain) kepada kebaikan, maka dia mendapatkan seperti pahala orang yang mengerjakannya.” [HR Muslim]
Kalau kalian mengisolasi kami dan menjauhkan kami dari manusia, maka akan kami gunakan untuk belajar dan mengkaji ilmu-ilmu Islam dan meeringkasnya buat bekal di masa mendatang, sedangkan sebaik-baiknya teman di dalam kesendirian adalah buku, dan kalian bisa melihat bahwa mayoritas buku yang ditulis atau diterjemahkan aktivis Islam yang tersebar di tengah masyarakat adalah hasil pekerjaan di penjara.
Dan andaikata kalian menjauhkan kami dari buku dan tulisan, tapi kalian tidak bisa menjauhkan diri kami dari Al Qur’an dan dzikrullah, dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam telah menamakan majelis dzikir sebagai taman surga:

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ

“Bila kalian melewati taman-taman surga, maka bersenang-senanglah.” Mereka bertanya: Apakah taman-taman surga itu? Beliau menjawab: Halaqah-halaqah dzikir.” [Hadits Hasan riwayat Ahmad dan At Tirmidzi]
Sehingga di situlah kebahagiaan hidup dan ketenangan jiwa dapat dirasakan.

أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” [Ar Ra’du : 28]
Bagaimana tidak, sedangkan ini adalah kesempatan untuk meraih cinta Dzat yang paling kami cintai, dengan ibadah-ibadah sunnah dan bermunajat kepada-Nya, dimana Dia berkata di dalam hadits Qudsi:

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“….Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (ibadah-ibadah sunnah) sampai Aku mencintainya. Dan bila Aku telah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dengan itu ia mendengar dan pandangannya yang dengan itu ia melihat dan tangannya yang dengan itu ia memukul dan kakinya yang dengan itu ia berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku tentu Aku memberinya dan bila ia meminta perlindungan dengan-Ku tentu Aku melindunginya.” [HR Al Bukhari]
Kalau demikian, tentu kami akan meminta kepada Allah ta’ala agar menimpakan kehancuran kepada para thaghut dan anshar mereka pada kekuasaannya, keluarganya, harta bendanya dan kesengsaraan batin yang berkepanjangan walau di atas kekuasaan dan melimpahnya harta, kecuali mereka taubat….Allahumma Amiin…
Yang jelas apapun yang kami alami di jalan Allah ini adalah kebaikan semuanya, dimana bila kami dibunuh, maka itu kesyahidan yang di cita-citakan, bila kami di penjara maka itu adalah khalwat dan munajat yang mendekatkan kepada Allah ta’ala dan menjauhkan dari dosa, dan bila kami diasingkan ke negeri lain, maka itu wisata dalam rangka tafakkur penciptaan.
Segala yang kami alami di jalan Allah ini baik berupa kesulitan, kesengsaraan dan kepedihan bahkan sikap kami yang membuat kalian para thaghut makin geram dan jengkel terhadap kami adalah bernilai amal saleh:

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لاَ يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلاَ نَصَبٌ وَلاَ مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَطَؤُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلاَ يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلاً إِلاَّ كُتِبَ لَهُم بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ، وَلاَ يُنفِقُونَ نَفَقَةً صَغِيرَةً وَلاَ كَبِيرَةً وَلاَ يَقْطَعُونَ وَادِيًا إِلاَّ كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللّهُ أَحْسَنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“Yang demikian itu, karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, dan tidaklah mereka memberikan infaq, baik kecil maupun yang besar dan tidak (pula) melintasi suatu lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal kebajikan), untuk diberi balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” [At Taubah : 120-121]
Itu bagi kami….
Sedangkan bagi kalian wahai para thaghut negeri ini dan bala tentaranya yang berjuang dan bertugas di jalan thaghut (hukum buatan/wahyu syaitan), bukankah yang kalian cari itu adalah keberkuasaan di dunia, penghormatan manusia dan kejayaan serta kebanggaan dengan dinas saat kalian ini mempertuhankan selain Allah ta’ala yaitu para pemimpin kalian dan hukumnya yang lebih kalian taati daripada hukum Allah? Dan bukankah yang kalian harapkan di balik itu adalah gaji bulanan dan kesejahteraan hidup dunia?
Apakah kalian bercita-cita mati tertembak kami saat kalian sedang memerangi kami di dalam melaksanakan tugas pimpinan (thaghut) kalian, sebagaimana cita-cita kami mati tertembak kalian? Bukankah kata ulama-ulama bejat kalian bahwa tugas kalian ini jihad juga?

فَتَمَنَّوُاْ الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

“maka berharaplah untuk mati jika kalian memang orang-orang yang benar!” [Al Baqarah : 94]
Kami yakin kalian takut mati dan tidak akan bercita-cita mati di dalam tugas ini apalagi yang masih muda dan baru berpangkat Briptu atau Bripda, belum kembali modal:

وَلَن يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمينَ

“Dan mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali, dengan sebab dosa-dosa yang telah dilakukan tangan-tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.” [Al Baqarah : 95]
Bagaimana kalau kalian terluka di jalan tugas dan cacat seumur hidup, apakah kalian yakin bahwa luka itu disisi Allah berbau kasturi dan kalian bersyukur kepada Allah karena dicatat sebagai yang terluka di jalan Allah? Ataukah kalian khawatir bahwa tuhan kalian (thaghut) tidak bisa memberikan kesejahteraan di masa tua sebagaimana banyak kaum veteran yang terlantar?
Kalau kalian memang benar dengan tugas kalian ini, apakah kalian rela dan mau bertugas tanpa digaji dan tanpa dibayar padahal taruhannya adalah nyawa? Dan apakah kalian mau menginfaqkan harta pribadi kalian yang ada di rumah atau dapat warisan dari orang tua kalian, terus kalian berbondong-bondong dengan ikhlas menyerahkannya kepada pimpinan kalian (yaitu thaghut atau tuhan kalian) sebagai dana infaq lillahi ta’ala untuk memerangi kami yang di cap teroris?
Adapun kami, maka bukan sekedar harta yang kami miliki bahkan nyawa yang kami miliki, kami relakan dan ikhlaskan di jalan yang kami tempuh ini yaitu tauhid dan jihad. Kami tidak digaji sebagaimana kalian, tapi kami mengharapkan balasan surga di sisi Allah ta’ala.
Bila kami mengalami derita maka kalian juga mengalami, bila kami terancam terbunuh dan terluka maka kalian juga sama terancam. Bila kami lama berpisah dengan keluarga maka kalian juga sering berpisah dengan mereka, bila kami begadang menahan kantuk maka kalian pun saat menjaga kami begadang menahan kantuk, namun kami mengharapkan dari Allah ta’ala apa yang tidak kalian harapkan. Kami mengharapkan surga dan keridlaan-Nya, sedangkan kalian mengharapkan gaji bulanan serta menunggu neraka dan murka-Nya:

إِن تَكُونُواْ تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللّهِ مَا لاَ يَرْجُونَ

“Bila kalian (kaum mu’minin) menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan sebagaimana kalian menderita kesakitan, sedang kalian mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan.” [An Nisa : 104]
Oleh sebab itu mari kalian bergabung di barisan pembela hukum Allah ta’ala dan tinggalkan barisan hukum thaghut yang menggiring kalian ke jurang neraka. Tinggalkanlah tuhan-tuhan yang selama ini kalian berikan loyalitas kepadanya, karena di akhirat para pemimpin yang kalian pertuhankan (dengan loyalitas) itu akan berbalik mengingkari dan memusuhi kalian:

وَاتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِّيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا، كَلَّا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا

“Dan mereka telah menjadikan tuhan-tuhan selain Allah, agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka, sama sekali tidak! Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi mereka.” [Maryam : 81-82]
Kalian kelak akan saling melaknat dengan para pemimpin dan komandan kalian di dalam api neraka:

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا، وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا، رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

“Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpn dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” [Al Ahzab : 66-68]
Begitulah realita kalian dan atasan kalian nanti, karena kalian adalah orang-orang kafir…..
Sebagian kalian sewot dan marah seraya mengatakan: saya kafir?!!! Saya ini muslim, rajin shalat bahkan sudah naik haji, jangan sembarangan kalian berbicara…!!!
Kami katakan: Mengaku muslim dan mengerjakan amalan orang Islam tidak menjamin orang itu muslim, kalau dia tidak terdaftar atau tercantum di dalam prosedur pokok keislaman, sebagaimana orang umum yang mengaku polisi dan memakai seragam polisi serta melakukan sebagian apa yang menjadi tugas polisi, tidaklah dijamin bahwa dia itu polisi kalau dia tidak terdaftar di dalam prosedur kepolisian, bukankah demikian?
Ketahuilah bahwa orang tidak disebut muslim kecuali memenuhi dua hal: iman kepada Allah dan kafir kepada thaghut, ”kalian memang shalat, shaum dan haji yang mana ini adalah sebagian konsekuensi iman kepada Allah ta’ala, tapi kalian tidak kafir kepada thaghut, yaitu undang-undang buatan manusia, tapi malah kalian loyal kepadanya dan menjadi penegaknya dan menangkap orang-orang yang ingin menggantinya dengan hukum islam saja.
Kami jujur kepada kalian, dan kami tidak seperti ulama bejat yang menipu kalian yang mendukung pekerjaan kalian….tapi ketulusan kami kepada kalian malah kalian balas dengan keburukan…
Perumpamaan pemerintah thaghut beserta aparatur yang loyal kepadanya ibarat kereta api yang melaju diatas rel yang akan menuju jurang yang membinasakan, sedangkan kami beserta para penyeru tauhid adalah ibarat orang-orang yang mencegat kereta kalian di depannya seraya berteriak meminta agar kereta direm karena akan menuju jurang yang dalam, tapi kalian bukan menghentikan kereta dan berterima kasih kepada kami, namun kalian malah melempari kami, membodoh-bodohi kami dan mengencangkan laju kereta serta menggilas kami….
Kami tulus kepada kalian walau dengan mengorbankan diri kami sendiri, tapi ahli agama yang dibayar pemerintah kalian atau yang menjilat kalian malah menipu diri kalian dengan membenarkan tugas kalian dan menyalahkan kami….
Allah ta’ala telah menjelaskan di dalam ayat-ayat Qur’aniyyah peerihal kebenaran tauhid dan jihad ini, bahkan Dia-pun sesuai janji-Nya selalu menampakkan kepada kami dan kalian ayat-ayat kauniyyah-Nya ini:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al Qur’an itu benar.” [Fushshilat : 53]
Kalian menyaksikan dan manusia pun menyaksikan karamah yang Allah ta’ala tampakkan pada diri saudara-saudara kami yang kalian eksekusi mati atau kalian tembak mati, dimana mereka tersenyum, berbau wangi dan tidak membusuk padahal sudah berhari-hari, padahal perhatikan mayat-mayat kawan-kawan kalian, apakah seperti itu? Apakah itu tidak menggugah kalian, ataukah hati sudah membatu sehingga tidak bisa memahami dan mata menjadi buta tidak melihat keajaiban itu?

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Sebenarnya bukan mata itu yang buta, namun yang buta ialah hati yang ada di dada.’ [Al Hajj : 46]
Kalau tidak percaya, maka ingatlah bahwa kami dan kalian akan mati, baru disana jawabannya nyata:

وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ

“Dan orang-orang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali.” [Asy Syu’ara : 227]
8 Ramadlan 1431 H
Abu Sulaiman

Tidak ada komentar: