Minggu, 18 Agustus 2013

Siapakah Abu Firas Mujahidin Berhati Mulia?

 MUNGKIN kematian hampir saja membayangi diri seorang kakek dari Syiah Alawiyah ketika mengetahui Mujahidin Sunni menangkap dirinya di Desa Astarba, Latakia, Suriah. Gurat cemas langsung memancar dari wajahnya ketika tahu dia sedang bersama Mujahidin Sunni.

Namun apa yang dilakukan Abu Firas seorang Mujahidin Sunni jauh di luar perkiraannya. Tidak ada penindasan, siksaan fisik, maupun kematian. Abu Firas justru tersenyum kepada sang kakek dan memberinya makanan dan tempat perlindungan. Jauh dengan apa yang dialami ketika warga Ahlussunah menjadi tawanan tentara Syiah Bashar Assad.
“Jangan takut kami tidak akan membunuh kamu, karena Nabi kami Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menerangkan dalam agama kami jika di dalam peperangan janganlah membunuh orang tua, perempuan atau memotong pepohonan. Ini adalah ajaran agama kami,” tandas Abu Firas.

Lantas siapakah Abu Firas, mujahidin berakhlak mulia tersebut? Sekjen Hilal Ahmar Society Indonesia, Angga Dimas Persada, yang pernah menginap satu bulan di kediaman Abu Firas selama di Suriah, menjelaskan lebih jauh sosok Abu Firas. Berikut testimoninya kepada Islampos.com, Ahad (11/8).

Abu Firas adalah orang yang pendiam tidak banyak bicara. Orang tidak akan banyak mengira bahwa Abu Firas adalah seorang komandan karena badan kecil, namun keberaniannya termasuk diacungi jempol oleh banayk mujahidin di kawasan Jabal Akrod.

Abu Firas yang saya kenal adalah seorang yang tawadhu’ tidak banyak bicara dan lebih suka mendengar,
hatta ketika anak-anak kecil berbicara beliau selalu mendengarnya. Hampir satu bulan saya menetap satu rumah dengan Abu Firas pada ramadhan tahun lalu, kami sahur dan berbuka bersama, hanya sesekali beliau absen karen harus terjun ke front.

Suatu ketika baru saja kami berbuka, tiba-tiba datang mujahid muda melaporkan kesulitan mereka mengevakuasi jenazah mujahidin karena dihujani tembakan terus-menerus oleh tentara rezim. Seketika itu Abu Firas menghentikan santapan berbukanya dan langsung ke lokasi. Problem itu akhirnya teratasi, Abu Firas memiliki kharisma tersendiri dimana para mujahidin muda seperti mendapat semangat baru jika Abu Firas ikut terjun ke front.

Selain itu Abu Firas juga memiliki hati yang lembut dan mudah meneteskan air mata. Suatu ketika beliau mengimami kami sholat shubuh. Beliau membaca ayat tentang jannah dan adzab. Seketika langsung menangis tersedu-sedu. Demikian pula ketika kami berpamitan untuk kembali ke Indonesia, beliau menangis melepas kami sambil berkata, “Jika kita tidak berjumpa lagi di dunia, kita akan berjumpa di akhirat.”

Abu Firas juga banyak memahami ilmu dien, dalam satu perbincangan beliau membahas hadits-hadits akhir zaman hingga ke persoalan qira’ah Al Quran, di situ pula kami baru tahu ternyata beliau hafal Al Quran 25 juz lebih. Alhamdulillah, saat tugas kedua ke Suriah, saya berkesempatan bersilaturrahim ke rumah beliau yang juga pernah terlibat jihad di Iraq. Saya dijamu untuk makan bersama beliau dan berfoto bersama beliau.

[Pz/Islampos]

Tidak ada komentar: