Selasa, 29 Oktober 2013

Indra Sjafri



Indra Sjafri, pelatih sepakbola Timnas U19, tentu sudah tak asing lagi. Namanya mencuat setelah anak asuhnya, mengalahkan Vietnam di final Piala AFF (Asean Football Federation).
Kemudian Evan Dimas dan kawan-kawan menjadi juara grup setelah mengalahkan Korea Selatan di kualifikasi piala AFC. Dua kemenangan itu  mengukuhkan nama Indonesia sebagai juara dan raja sepakbola di Asia Tenggara, setelah 22 tahun prestasi sepak bola Indonesia seperti terkubur ke dasar bumi.
Nama Indra Sjafri dan Tim U19 dielu-elukan dan disambut meriah di mana-mana. Ia dijuluki pahlawan yang telah mengharumkan nama bangsa melalui cabang olahraga paling bergengsi, sepakbola.
Panjang cerita lika-liku, suka-duka perjalanan putra Nagari Lubuk Nyiur-Batang Kapas- Pesisir Selatan ini untuk menuju prestasi puncak seperti saat ini.
Mulai dari kisah sedih jadi pelatih tanpa honor, sampai mencari bibit pemain ke berbagai pelosok tanah air.  Namun pengorbanan dan perjuangannya itu berbuah manis. In, begitu ia biasa dipanggil, berhasil mengantarkan Tim Garuda Jaya menjadi yang terbaik di Asean, juara AFF. Perjuangan pemain U 19 tinggal selangkah lagi, “Jika Allah mengizinkan, insya Allah kita akan mewakili Asia di piala Dunia 2018,” ujar Indra.
Indra tentu saja tidak sekedar bicara, persiapan untuk itu telah ia lakukan dengan sungguh-sungguh. Hasil analis statistik berbagai paramater teknis sepakbola menujukkan bahwa Tim U19 memang yang terbaik di Asia. Personilnya adalah orang-orang terpilih dan terseleksi dengan ketat, minus KKN. VO2 max personil U 19 di atas rata-rata.
Rata-rata VO2 maks kita adalah 50, sedangkan VO2 maks tim U19 rata-rata 60 sampai 70. Rata-rata HB mereka juga terpilih, semua  di atas 14. Begitu juga passing tim U19 di atas 600 sampai 700, padahal tim lain seperti Korea dan Vietnam cuma 400. Pasukan Indra Sjafri sudah setara dengan pemain Eropa.
Begitu juga indeks kesalahan mereka, jauh lebih rendah. Karena itu menurut mantan pemain PSP dan pemilik sertifikat pelatih internasional ini, jika semua berjalan normal, Tim U19 layak menjadi wakil Asia di Piala Dunia.
Ada yang menarik ketika Indra Sjafri menghadiri jamuan makan malam di auditorium gubernuran pekan lalu. “Selain aspek teknis ada satu hal lagi yang membuat saya yakin dengan apa yang saya lakukan,” ujar Indra, sambil mengeluarkan dompetnya. Dari dompet tersebut ia keluarkan selembar kertas lusuh berwarna kekuningan akibat dimakan usia, beberapa bagian malah sudah sobek.
Di dalamnya tertulis dua petikan ayat Al Quran, QS 17: 80 dan 81. “Ini adalah pemberian Bapak Azwar Anas dan saya simpan sejak tahun 1985,” ujar Indra. Sesepuh PSP dan PSSI ini memang banyak memberikan dorongan agar Indra Sjafri terus maju.
Terjemahan ayat tersebut adalah; “Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (QS17:80). Dan katakanlah: ”Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”.  Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS17:81).
Dua ayat inilah menurut Indra Sjafri yang membuat ia berani melakukan apapun yang ia anggap benar, meski banyak yang menentang dan ia yakin bahwa kebatilan itu pasti kalah dan lenyap.
Apa yang dilakukan Indra Sjafri memang sesuai dengan ayat tersebut. Ia membangun dengan cara yang benar. Ia pilih pemain dengan benar, ia tentang mentah-mentah cara pemilihan anggota tim dengan cara KKN. Ia cari sampai pelosok-pelosok negeri bibit pemain sepakbola yang benar-benar unggul.
Sungguh riskan dari 240 juta penduduk Indonesia yang mayoritas pecinta sepakbola tidak ditemukan sebelas pemain bola berbakat.  Bibit unggul dan berbakat itu, lalu ia didik dengan cara dan pola latihan yang terbaik dan terbaru.
Dan yang paling penting di samping aspek teknis menurut Indra Sjafri adalah aspek mentalitas pemain. Tanpa kompromi mereka yang pakai tato, anting atau rambut gondrong langsung dikeluarkan dari tim. Di Papua sebetulnya menurut Indra ada banyak bibit pemain sepakbola. Tapi begitu  ia lihat di rumahnya banyak bekas botol minuman beralkohol, calon tersebut langsung dibatalkan.
Nampaknya itulah hikmah dari dua ayat yang dijadikan pedoman oleh Indra Sjafri. Karena ia masuk dengan cara yang benar (shidqi), maka ia keluar (memperoleh hasil) yang benar pula dan kebathilan selalu akan kalah dan lenyap oleh kebenaran.
Selamat buat Indra Sjafri dan Tim U19 serta tim pendukungnya. Teruslah melangkah di jalan kebenaran, kemenangan pasti akan berada dalam  genggaman kita. Pujian memang perlu untuk memberi dorongan semangat untuk terus maju. Namun berhati-hatilah, karena tak jarang orang  larut, hanyut dan terpuruk akibat pujian dan sanjungan.  Semoga terus berjaya dan muncul Indra Sjafri-Indra Sjafri serta Evan Dimas-Evan Dimas lainnya di berbagai pelosok Indonesia.
Indra Sjafri beserta tim U19 membuktikan kita bisa berprestasi, bahwa kita adalah bangsa yang besar dan terhormat.***

Tidak ada komentar: